RAHASIA SHOLAT SHUBUH
Merupakan cuplikan kedua dari buku Hidup Sehat dengan Shalat Shubuh (Bab 3).
Gas Ozon
[...] Keilmuan modern telah mengukuhkan tentang keberadaan gas O3 (ozon), yang mengandung prosentase oksigen yang tinggi dan dapat mencapai puncak reaksinya pada waktu shalat Subuh, lalu berkurang secara bertahap hingga terbit matahari.
Sebenarnya, fakta ini tidak membutuhkan suatu penemuan ataupun pengokohan, karena Anda sendiri bisa mudah mengamati kebersihan dan kesegaran udara pada waktu shalat Subuh dibandingkan dengan waktu siang hari.
Udara pada waktu Subuh masih bersih dan belum tercemari kebersihan dan kesegarannya dengan apapun. Udara ini dapat menyegarkan hati, menguatkan paru-paru, memperbarui sel-sel yang mati, menyuplai tubuh dengan oksigen, mengeluarkan karbon dioksida, membersihkan darah dari kotoran-kotoran, memperbaiki kinerja organ-organ tubuh, merenggangkan urat-urat syaraf, menyembuhkan berbagai penyakit syaraf, rheumatik, dan asma.
Berkenaan dengan gas ozon, para ilmuan di Jerman Barat yang ahli dalam analisa-analisa kedokteran, telah sampai pada kesimpulan-kasimpulan penting seputar penggunaan gas ozon dan pemanfaatnnya dalam pengobatan berbagai pembengkakan dan kanker ganas serta meringankan rasa sakit berbagai penyakit yang akut lainnya.
Kesimpulan-kesimpulan yang telah dicapai oleh para ilmuan menunjukkan bahwa gas ozon dapat dimanfaatkan untuk menyembuhkan berbagai macam kerusakan yang terjadi di dalam paru-paru dan hati. Gas ozon juga dapat menjadi obat berbagai wabah penyakit dalam, tersumbatnya urat-urat nadi, pembekuan pembuluh-pembuluh darah, komplikasi penyakit gula seperti luka-luka dan bisul-bisul, meningkatkan aliran darah di pembuluh-pembuluh, gejala asma, dan beberapa penyakit organ sensitif lainnya.
Itu semua karena gas ozon memiliki keistimewaan memberi pengaruh positif dalam menghadapi berbagai virus, bakteri, dan jamur. Ia juga bermanfaat untuk meningkatkan imunitas tubuh, mengobati berbagai penyakit yang banyak menimpa manusia pada usia lanjut, mengobati berbagai penyakit dada, hati dan dapat mengaktifkan berbagai sel tubuh.
Hasil yang paling mengembirakan dalam pemanfaatan gas ozon ialah apa yang telah dibuktikan oleh berbagai penelitian yang memanfaatkan gas ini untuk terap AIDS. Penelitian-penelitian tersebut telah mengukuhkan bahwa dengan memanfatkan gas ozon, penyakit AIDS dapat dikontrol dan dikendalikan, meskipun pada tahap akhir.
Bukti dari hal itu adalah keberhasilan Dr. Alexander Browis dari Jerman Barat dalam menemukan metode terbaru yang berbahan dasar ozon ditambah dengan beberapa unsur yang dikenal untuk menguatkan tubuh. Lalu, darah pasien tersebut dicampur dengan satuan-satuan tertentu dari ozon hingga mencapai (20000), kemudian campuran itu disuntikkan ke dalam urat pasien. Dari berbagai hasil terapi yang dilakukan terhadap beberapa pasien AIDS, tampak adanya respons positif dan harapan baru yang besar [...]
Menghirup Nafas Dalam-dalam
Tidak diragukan lagi bahwa bernafas adalah salah satu tugas hidup yang paling penting dan perlu karena ia selalu kita lakukan sepanjang hayat. Pada saat yang sama, kedua paru-paru membersihkan darah dan mengedarkannya. Sementara, tugas paru-paru yang sesungguhnya ialah memberikan kesempatan pada sel-sel darah merah untuk menghirup oksigen dari udara dan mengeluarkan karbodioksida.
Semua organ tubuh dan anggotanya akan bekerja dengan seimbang dan teratur selama jantung selalu menyuplainya dengan darah yang bersih. Apabila jantung berhenti, rusak, kacau, atau terlambat dari tugasnya, maka pergerakan anggota-anggota tubuh dan organ-organnya pun berhenti, melemah, layu, atau bahkan mati.
Dari sini kita dapat menarik satu kesimpulan bahwa tugas-tugas biologis dan kejiwaan, sebagian besar bergantung pada cadangan oksigen yang tersedia. Tanpa melihat dampak-dampak positifnya bagi kesehatan seluruh tubuh, menghirup nafas yang dalam itu sangat melindungi tubuh dari berbagai macam penyakit yang jumlahnya tidak sedikit.
Dr. Fisk dan Ficher serta para dokter ternama lainnya berkata, “Seratus kali pernafasan yang dalam setiap hari adalah resep seorang dokter yang cerdas untuk menghindari terkena penyakit TBC,” Lihatlah, Dr. Meylit sampai menganjurkan pasien-pasiennya yang mengidap TBC agar banyak berada di luar rumah dan beristirahat di tempet yang udaranya segar serta menghirupnya dalam-dalam. Sebagaimana hipotesis sebelumnya, hasilnya pun amat memuaskan.[...]
Weber, seorang ilmuwan ternama, menguatkan pendapat bahwa dengan menarik nafas yang dalam akan terjadi satu perbaikan yang mengagumkan dalam pemberian asupan bagi jantung dan kedua paru-paru.[...]
Andaikata pernafasan yang dalam itu memiliki urgensi dan manfaat yang begitu besar, apakah mungkin Allah jadikan waktu tersebut jauh dari waktu shalat ? Sekali-kali tidak! Bahkan, Dia jadikan tepat di dalam waktu shalat itu sendiri.
Dalam buku Terapi Penyembuhan dengan Yoga disebutkan, ketika membicarakan manfaat pernafasan dan terapi dengannya, bahwa mengulang-ulang penyebutan beberapa kata dalam nada tertentu memiliki khasiat yang besar dalam pernafasan. Mereka menyebutkan beberapa kata terapi tersebut, yang diantaranya ialah kata amin - yang diucapkan oleh imam dan makmum dengan suara yang tinggi dan panjang pada waktu shalat Subuh, Magrib, dan Isya'.
Mereka melanjutkan, bahwa intonasi suara seperti pada kata amin yang diucapkan aamiin (panjang, amanah) dapat menghilangkan segala ketegangan dalam tubuh. Khususnya, jika diucapkan dengan suara tinggi yang dirasakan sampai ke lubuk yang paling dalam.
Pengucapan kata amin ini termasuk dari pernafasan yang dalam dan pelan, yang merupakan terapi bagi tekanan darah tinggi, lemah jantung, dan saraf. Ia juga dapat memperbarui vitalitas, membersihkan darah, dan melegakan hati. Maha suci Allah yang tidak ada ilah kecuali Dia yang Maha Pemberi nikmat, Maha Pemurah, Maha Mulia, dan Maha Bijaksana.
Pernafasan yang dalam ini tentu akan memiliki manfaat yang paling besar ketika dilakukan ketika Subuh, udara bersih, murni, dan mengandung banyak oksigen.
(Ada satu lagi manfaat kesehatan dari bangun pagi shalat Subuh. Silakan lihat di bukunya aja ya, gak enak sama penerbit, masak semuanya dibocorin di sini... he he)
Read more: RAHASIA SHOLAT SHUBUH - Asal Kamu Tahu Aja
Selasa, 27 Juli 2010
Senin, 26 Juli 2010
10 tradisi mengerikan dunia
1. FOOD BINDING
Foot Binding atau pengikatan kaki adalah tradisi menghentikan pertmbhan kaki perempuan zaman dahulu yang terjadi di China. Tradisi ini telah menghadirkan penderitaan bsr bg para perempuan China pada masa itu.
Pengikatan kaki biasanya dimulai sejak anak berumur antara 4-7 tahun. Masyarakat miskin biasanya terlambat memulai pengikatan kaki karena mereka membutuhkan bantuan anak perempuan mereka dalam mengurus sawah dan perkebunan.
Pengikatan kaki dimulai pada masa akhir dinasti Tang (618-907) dan mulai menybar pada golongan kelas atas sampai pada zaman dinasti Song (960-1297), pd zaman dinasti Ming (1368-1644) dan dinasti Qing (1644-1911), budaya mengikat kaki menyebar luas dalam mayoritas masyarakat China sampai akhirnya dilarang pada Revolusi Sun Yat Sen tahun 1911.
Pengikatan kaki dilakukan dengan cara membalut kaki dengan ketat menggunakan kain sepnjng sepuluh kaki dengan lebar dua inchi, melipat empat jari kaki ke bagian bawah kaki dan menarik ibu jari kaki medekati tumit. Hal ini membuat kaki mnjdi lebih pendek.
Pembalut kaki semakin diketatkan dari hari ke hari dan kaki dipaksa memakai sepatu yang semakin kecil. Kaki harus dicuci dan dipotong kukunya karena kalau tidak akan membuat kuku-kuku kaki di kaki yang diikat menusuk ke dalam dan menimbulkan infeksi. Jika balutan terlalu ketat maka dapat timbul buku" di kaki yang harus dipotong dengan pisau.
Kemudian kaki juga harus dipijat dan dikompres dingin dan panas untuk sedikit mengurangi rasa sakit. Pengikatan kaki membuat siklus darah tidak lancar sehingga dapat membuat daging kaki menjadi busuk dan kaki dapat mengeluarkan nanah. Semakin kecil kaki seorang gadis maka akan semakin cantik ia dipandang. Panjang kaki seorang gadis hanya berkisar 10-15 cm saja.
2.Self mummification
Sokushinbutsu adalah rahib Buddha atau imam yang didakwa menyebabkan kematian dengan cara menjadikan mereka jadi mumi. Praktek ini dilaporkan terjadi hampir secara eksklusif di utara Jepang sekitar Prefektur Yamagata. Terdapat Antara 16 sampai 24 mummi yang telah ditemukan.
Tiga tahun para imam hanya makan diet khusus yang terdiri dari kacang-kacangan dan biji-bijian, Mereka kemudian hanya makan kulit dan akar dalam waktu tiga tahun dan mulai minum teh racun yang dibuat dari getah pohon yang Urushi,yang biasanya digunakan untuk laka mangkuk.
Ini menyebabkan muntah dan cepat hilangnya cairan tubuh, dan yang terpenting, mematikan anggota tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan pada tubuh yang bisa menimbulkan kematian.
Akhirnya,pada mummifying biarawan akan mengunci dirinya dalam kubur batu yang ukurannya hampir tidak lebih besar dari tubuhnya, di mana dia tidak akan bergerak dari posisinya. Penghubung ke dunia luar adalah tabung udara. Setiap hari ia mengingatkan pada agar orang-orang di luar bahwa ia masih hidup.
3.Eunuchs
Eunuchs disebut juga kasim,seorang laki-laki yang kehilangan kesuburannya karena kemaluannya telah dibuang dengan sengaja atau karena sebab-sebab lain.Catatan- catatan paling awal tentang pengebirian dengan sengaja untuk menghasilkan orang kasim berasal dari kota Lagash di Sumeria pada abad ke-21 SM.
Orang kasim pertama disebutkan di Kekaisaran Asyur (l.k. 850 hingga 622 SM). Mereka pun biasa tampil di istana kaisar-kaisar Akhemenid dari Persia atau firaun dari Mesir (hingga dinasti Lagid yang dikenal sebagai Ptolemeus, yang berakhir dengan Cleopatra).
Pada akhir Dinasti Ming ada 70.000 orang kasim di Istana kaisar.
Jabatan seperti itu demikian berharga, orang-orang kasim tertentu berhasil mendapatkan kekuasaan yang demikian besar sehingga melampaui kekuasaan perdana menteri, sehingga pengebirian diri sendiri harus dilarang. Jumlah orang kasim yang menjadi pegawai Istana Kaisar akhirnya menurun hingga 470 orang pada 1912, ketika mereka tidak lagi dipekerjakan.
Orang-orang kasim diberikan jabatan-jabatan pegawai negeri yang demikian tinggi dengan alasan bahwa karena mereka tidak dapat mempunyai anak, mereka tidak akan tergoda untuk merebut kekuasaan dan memulai sebuah dinasti. Pada saat yang sama, sebuah sistem serupa juga ada di Vietnam
4.sati
Tradisi sati atau bakar diri hidupp-hidup, dianggap sebagai lambang kesalehan, sekaligus menunjukkan kepemilikan laki-laki atas perempuan,biasanya dilakukan oleh perempuan yang berkasta tinggi dan dipercaya hanya perempuan pilihan yang dapat melakukannya.
Tradisi sati dipandang sebagai alternatif yang lebih baik ketika seorang istri ditinggal mati oleh suami, daripada mereka mengalami penyiksaan dari saudara-saudara ipar, yang akan menyalahkan perempuan sebagai penyebab mati suami.
Sati menjadi tradisi tidak hanya berlaku bagi istri,tetapi juga bagi istri simpanan, saudara ipar dan bahkan ibu,untuk mengorbankan dirinya diapi pembakaran jenasah laki-laki yang memiliki mereka.pelaku sati diagungkan sebagai pahlawan,sesuai dengan ajaran hindu
5.dueling
Tradisi duel dipraktikkan pada abad 15-20 oleh masyarakat Barat, yang merupakan tanding antara dua orang, kematian dicocokkan dengan senjata, sesuai dengan aturan eksplisit atau implisit yang telah disepakati, sebagai lambang kehormatan, biasanya diiringi oleh perwakilan yang dipercaya.
Dueling biasanya terjadi karena keinginan satu pihak (yang penantang) karena dianggap telah melakukan penghinaan terhadap kehormatannya. Tujuan dari dueling tidak lain adalah untuk kepuasan semata, untuk memulihkan status kehormatan mereka bersedia mempertaruhkan nyawa.dueling biasanya dilakukan bisa dengan pedang ataupun pistol
6.Seppuku
Seppuku disebut juga Harakiri,Salah satu tradisi yang menjadi kebanggaan masyarakat Jepang, yang berasal dari kata hara yang berarti perut dan kiru yang berarti memotong. Harakiri juga dikenal dengan istilah seppuku.
Kebiasaan harakiri ini dilakukan oleh prajurit berkelas dari kalangan samurai sebagai bukti kesetiaan. Bunuh diri yang dilakukan para Samurai ini sangat menyiksa, karena si pelaku harus menunggu kematian karena kehabisan darah setelah merobek dan mengeluarkan isi perutnya.
Ada ritual khusus yang harus dilakukan oleh Samurai jika ingin melakukan harakiri. Ia harus mandi, menggunakan jubah putih, dan makan makanan favorit. Pelaku harakiri ditemani seorang pelayan (kaishakunin) , yang ia pilih sendiri.
Kaishakunin ini bertugas membuka kimononya dan mengambilkan pisau yang akan digunakan. Jika pelaku harakiri menjerit atau menangis kesakitan saat ia menusuk dan mengeluarkan isi perutnya, hal tersebut dianggap sangat memalukan bagi seorang Samurai. Karena itu Kaishaku bertugas mengurangi penderitaan itu, mempercepat kematian dengan memenggal kepala si pelaku
7. Human sacrifice
Human Sacrifice adalah pengorbanan manusia, tindakan membunuh manusia untuk tujuan menawarkan persembahan kepada dewa atau lainnya. Dilakukan oleh banyak kebudayaan kuno.
Persembahan ini bervariasi, bbrpa seperti Mayans dan Aztecs yang terkenal jahat mereka untuk upacara persembahan, sedangkan yang lainnya sudah tampak sebagai praktek primitif.
Korban persembahan dibunuh dengan cara yang berbeda-beda, ada yang dibakar,dipenggal, atau dikubur hidup-hidup. dapat berupa anak kecil,atau gadis-gadis perawan.
8.Concubinage
Concubinage disebut juga pergundikan. Foto di bawah menunjukkan sekelompok selir berdiri di belakang pelindung mereka (biasanya kasim).
9.geisha
Geisha berasal dari kata “Gei” yang berarti seni atau pertunjukan dalam bahasa Jepang dan “Sha” berarti orang, jadi Geisha (person of the arts) merupakan seorang seniman tradisional penghibur di Jepang.
Di Kyoto sendiri, kata “Geiko” digunakan untuk gambaran para seniman seperti itu. Kehadiran geisha di abad 18 dan 19 merupakan hal yang umum dan hingga kini merekapun masih tetap ada walaupun jumlah mereka sdh semakin berkurang. Geisha dilatih secara tradisional sejak masa kecil mereka.
Rumah geisha sering membeli gadis-gadis kecil dari keluarga yang miskin dan mengambil tanggung jawab untuk membesarkan dan melatih mereka.
10.tibetan sky burial
Tibet ialah sebuah kawasan penara di Asia Tengah dan petempatan asli bagi orang Tibet. Dengan ketinggian purata sebanyak 4,900 meter (16,000 kaki), Tibet merupakan rantau yang tertinggi di Bumi dan sering bergelar “Bumbung Dunia.”
Bgi masyarakat tibet yang beragama buddha ini, tanah tempat tinggal mreka terletak di atas gunung di mana tiada tanah lembut. Hampir kesemuanya diliputi batu atau salji/air batu.Oleh kerana tiada tanah perkuburan disebabkan keadaan geografi , mereka memberi mayat untuk dimakan oleh burung.
Disamping itu , dengan cara begitu dipercayai roh si mati akan kekal di gunung bersama burung berkenaan.
Read more: 10 tradisi dunia yang mengerikan - Asal Kamu Tahu Aja
Foot Binding atau pengikatan kaki adalah tradisi menghentikan pertmbhan kaki perempuan zaman dahulu yang terjadi di China. Tradisi ini telah menghadirkan penderitaan bsr bg para perempuan China pada masa itu.
Pengikatan kaki biasanya dimulai sejak anak berumur antara 4-7 tahun. Masyarakat miskin biasanya terlambat memulai pengikatan kaki karena mereka membutuhkan bantuan anak perempuan mereka dalam mengurus sawah dan perkebunan.
Pengikatan kaki dimulai pada masa akhir dinasti Tang (618-907) dan mulai menybar pada golongan kelas atas sampai pada zaman dinasti Song (960-1297), pd zaman dinasti Ming (1368-1644) dan dinasti Qing (1644-1911), budaya mengikat kaki menyebar luas dalam mayoritas masyarakat China sampai akhirnya dilarang pada Revolusi Sun Yat Sen tahun 1911.
Pengikatan kaki dilakukan dengan cara membalut kaki dengan ketat menggunakan kain sepnjng sepuluh kaki dengan lebar dua inchi, melipat empat jari kaki ke bagian bawah kaki dan menarik ibu jari kaki medekati tumit. Hal ini membuat kaki mnjdi lebih pendek.
Pembalut kaki semakin diketatkan dari hari ke hari dan kaki dipaksa memakai sepatu yang semakin kecil. Kaki harus dicuci dan dipotong kukunya karena kalau tidak akan membuat kuku-kuku kaki di kaki yang diikat menusuk ke dalam dan menimbulkan infeksi. Jika balutan terlalu ketat maka dapat timbul buku" di kaki yang harus dipotong dengan pisau.
Kemudian kaki juga harus dipijat dan dikompres dingin dan panas untuk sedikit mengurangi rasa sakit. Pengikatan kaki membuat siklus darah tidak lancar sehingga dapat membuat daging kaki menjadi busuk dan kaki dapat mengeluarkan nanah. Semakin kecil kaki seorang gadis maka akan semakin cantik ia dipandang. Panjang kaki seorang gadis hanya berkisar 10-15 cm saja.
2.Self mummification
Sokushinbutsu adalah rahib Buddha atau imam yang didakwa menyebabkan kematian dengan cara menjadikan mereka jadi mumi. Praktek ini dilaporkan terjadi hampir secara eksklusif di utara Jepang sekitar Prefektur Yamagata. Terdapat Antara 16 sampai 24 mummi yang telah ditemukan.
Tiga tahun para imam hanya makan diet khusus yang terdiri dari kacang-kacangan dan biji-bijian, Mereka kemudian hanya makan kulit dan akar dalam waktu tiga tahun dan mulai minum teh racun yang dibuat dari getah pohon yang Urushi,yang biasanya digunakan untuk laka mangkuk.
Ini menyebabkan muntah dan cepat hilangnya cairan tubuh, dan yang terpenting, mematikan anggota tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan pada tubuh yang bisa menimbulkan kematian.
Akhirnya,pada mummifying biarawan akan mengunci dirinya dalam kubur batu yang ukurannya hampir tidak lebih besar dari tubuhnya, di mana dia tidak akan bergerak dari posisinya. Penghubung ke dunia luar adalah tabung udara. Setiap hari ia mengingatkan pada agar orang-orang di luar bahwa ia masih hidup.
3.Eunuchs
Eunuchs disebut juga kasim,seorang laki-laki yang kehilangan kesuburannya karena kemaluannya telah dibuang dengan sengaja atau karena sebab-sebab lain.Catatan- catatan paling awal tentang pengebirian dengan sengaja untuk menghasilkan orang kasim berasal dari kota Lagash di Sumeria pada abad ke-21 SM.
Orang kasim pertama disebutkan di Kekaisaran Asyur (l.k. 850 hingga 622 SM). Mereka pun biasa tampil di istana kaisar-kaisar Akhemenid dari Persia atau firaun dari Mesir (hingga dinasti Lagid yang dikenal sebagai Ptolemeus, yang berakhir dengan Cleopatra).
Pada akhir Dinasti Ming ada 70.000 orang kasim di Istana kaisar.
Jabatan seperti itu demikian berharga, orang-orang kasim tertentu berhasil mendapatkan kekuasaan yang demikian besar sehingga melampaui kekuasaan perdana menteri, sehingga pengebirian diri sendiri harus dilarang. Jumlah orang kasim yang menjadi pegawai Istana Kaisar akhirnya menurun hingga 470 orang pada 1912, ketika mereka tidak lagi dipekerjakan.
Orang-orang kasim diberikan jabatan-jabatan pegawai negeri yang demikian tinggi dengan alasan bahwa karena mereka tidak dapat mempunyai anak, mereka tidak akan tergoda untuk merebut kekuasaan dan memulai sebuah dinasti. Pada saat yang sama, sebuah sistem serupa juga ada di Vietnam
4.sati
Tradisi sati atau bakar diri hidupp-hidup, dianggap sebagai lambang kesalehan, sekaligus menunjukkan kepemilikan laki-laki atas perempuan,biasanya dilakukan oleh perempuan yang berkasta tinggi dan dipercaya hanya perempuan pilihan yang dapat melakukannya.
Tradisi sati dipandang sebagai alternatif yang lebih baik ketika seorang istri ditinggal mati oleh suami, daripada mereka mengalami penyiksaan dari saudara-saudara ipar, yang akan menyalahkan perempuan sebagai penyebab mati suami.
Sati menjadi tradisi tidak hanya berlaku bagi istri,tetapi juga bagi istri simpanan, saudara ipar dan bahkan ibu,untuk mengorbankan dirinya diapi pembakaran jenasah laki-laki yang memiliki mereka.pelaku sati diagungkan sebagai pahlawan,sesuai dengan ajaran hindu
5.dueling
Tradisi duel dipraktikkan pada abad 15-20 oleh masyarakat Barat, yang merupakan tanding antara dua orang, kematian dicocokkan dengan senjata, sesuai dengan aturan eksplisit atau implisit yang telah disepakati, sebagai lambang kehormatan, biasanya diiringi oleh perwakilan yang dipercaya.
Dueling biasanya terjadi karena keinginan satu pihak (yang penantang) karena dianggap telah melakukan penghinaan terhadap kehormatannya. Tujuan dari dueling tidak lain adalah untuk kepuasan semata, untuk memulihkan status kehormatan mereka bersedia mempertaruhkan nyawa.dueling biasanya dilakukan bisa dengan pedang ataupun pistol
6.Seppuku
Seppuku disebut juga Harakiri,Salah satu tradisi yang menjadi kebanggaan masyarakat Jepang, yang berasal dari kata hara yang berarti perut dan kiru yang berarti memotong. Harakiri juga dikenal dengan istilah seppuku.
Kebiasaan harakiri ini dilakukan oleh prajurit berkelas dari kalangan samurai sebagai bukti kesetiaan. Bunuh diri yang dilakukan para Samurai ini sangat menyiksa, karena si pelaku harus menunggu kematian karena kehabisan darah setelah merobek dan mengeluarkan isi perutnya.
Ada ritual khusus yang harus dilakukan oleh Samurai jika ingin melakukan harakiri. Ia harus mandi, menggunakan jubah putih, dan makan makanan favorit. Pelaku harakiri ditemani seorang pelayan (kaishakunin) , yang ia pilih sendiri.
Kaishakunin ini bertugas membuka kimononya dan mengambilkan pisau yang akan digunakan. Jika pelaku harakiri menjerit atau menangis kesakitan saat ia menusuk dan mengeluarkan isi perutnya, hal tersebut dianggap sangat memalukan bagi seorang Samurai. Karena itu Kaishaku bertugas mengurangi penderitaan itu, mempercepat kematian dengan memenggal kepala si pelaku
7. Human sacrifice
Human Sacrifice adalah pengorbanan manusia, tindakan membunuh manusia untuk tujuan menawarkan persembahan kepada dewa atau lainnya. Dilakukan oleh banyak kebudayaan kuno.
Persembahan ini bervariasi, bbrpa seperti Mayans dan Aztecs yang terkenal jahat mereka untuk upacara persembahan, sedangkan yang lainnya sudah tampak sebagai praktek primitif.
Korban persembahan dibunuh dengan cara yang berbeda-beda, ada yang dibakar,dipenggal, atau dikubur hidup-hidup. dapat berupa anak kecil,atau gadis-gadis perawan.
8.Concubinage
Concubinage disebut juga pergundikan. Foto di bawah menunjukkan sekelompok selir berdiri di belakang pelindung mereka (biasanya kasim).
9.geisha
Geisha berasal dari kata “Gei” yang berarti seni atau pertunjukan dalam bahasa Jepang dan “Sha” berarti orang, jadi Geisha (person of the arts) merupakan seorang seniman tradisional penghibur di Jepang.
Di Kyoto sendiri, kata “Geiko” digunakan untuk gambaran para seniman seperti itu. Kehadiran geisha di abad 18 dan 19 merupakan hal yang umum dan hingga kini merekapun masih tetap ada walaupun jumlah mereka sdh semakin berkurang. Geisha dilatih secara tradisional sejak masa kecil mereka.
Rumah geisha sering membeli gadis-gadis kecil dari keluarga yang miskin dan mengambil tanggung jawab untuk membesarkan dan melatih mereka.
10.tibetan sky burial
Tibet ialah sebuah kawasan penara di Asia Tengah dan petempatan asli bagi orang Tibet. Dengan ketinggian purata sebanyak 4,900 meter (16,000 kaki), Tibet merupakan rantau yang tertinggi di Bumi dan sering bergelar “Bumbung Dunia.”
Bgi masyarakat tibet yang beragama buddha ini, tanah tempat tinggal mreka terletak di atas gunung di mana tiada tanah lembut. Hampir kesemuanya diliputi batu atau salji/air batu.Oleh kerana tiada tanah perkuburan disebabkan keadaan geografi , mereka memberi mayat untuk dimakan oleh burung.
Disamping itu , dengan cara begitu dipercayai roh si mati akan kekal di gunung bersama burung berkenaan.
Read more: 10 tradisi dunia yang mengerikan - Asal Kamu Tahu Aja
Asal Mula Pegunungan Himalaya
VIVAnews - Himalaya adalah barisan pegunungan di Asia yang memisahkan anak benua India dari dataran Tibet. Di sana, terdapat salah satu tujuh puncak dunia, yakni Gunung Everest
dengan ketinggian 8.848 meter.
Sudah jadi pengetahuan umum, Himalaya tidak berdiri menjulang dengan sendirinya. Tumbukan dua benua kunolah yang mendorong Himalaya naik dari permukaan Bumi.
Namun, tak banyak yang tahu, bahwa di bawah tanah Himalaya terdapat puing-puing yang menghujam Bumi -- yang menguak misteri pembentukan Himalaya.
Seperti dimuat laman Live Science, tubrukan benua terjadi sekitar 90 juta tahun yang lalu.
Ibarat tabrakan antara kendaraan besar beroda 18 dengan mobil pick up yang lebih kecil, lempeng Asia yang lebih besar memaksa lempeng India ringsek masuk ke dalam mantel Bumi.
Dalam proses itu disebut subdiksi, lempeng India terbenam setidaknya 250 kilometer ke dalam permukaan Bumi -- demikian diungkap dalam Jurnal Geologi edisi Mei 2010. Perkiraan ini dia kali lebih besar dari estimasi sebelumnya.
"Subduksi kerak benua ke kedalaman Bumi belum pernah dilaporkan sebelumnya dalam kasus Himalaya. Ini adalah kasus yang langka di dunia," kata salah satu penulis, Anju Pandey dari Pusat Oseanografi Nasional di Southampton, Inggris.
Situs tabrakan antarbenua ini lalu membentuk akar Himalaya. Para peneliti menemukan, retakan di bebatuan pegunungan menemukan mineral yang disebut majorite -- yang terbentuk sekitar 200 kilometer di bawah permukaan Bumi.
Mineral inilah yang memungkinkan para peneliti menentukan kedalaman kerak benua India yang terbenam.
Majorite adalah mineral yang stabil pada kondisi tekanan ultra-tinggi. Fungsinya seperti spons oksigen yang menjaga Bumi dari kekeringan dan tidak ramah huni -- seperti kondisi Planet Mars.
Saat kerak benua terus menerus bergeser, majorite tertarik ke permukaan bumi -- dalam kondisi rusak dan melepas oksigen selama berjuta-juta tahun.
Para peneliti sebelumnya sudah mengetahui bahwa tabrakan lempeng benua mendorong pembentukan gunung, menimbulkan letusan gunung berapi, dan memicu gempa bumi. Namun, detil dari apa yang sebenarnya terjadi usai tubrukan, apa yang terjadi di bawah mantel Bumi, masih jadi perdebatan panas.
"Temuan kami signifikan karena para peneliti masih tidak sepakat soal kedalaman subduksi lempeng India di bawah lempeng Asia," kata Pandey.
Apalagi, perkiraan sebelumnya bertolak belakang dengan perkiraan berdasarkan model komputer.
Hasil penelitian baru menunjukkan bahwa lempeng India tenggelam dengan kedalaman sekitar dua kali lipat dari perkiraan sebelumnya.
"Hasil penelitian kami yang didukung oleh model komputer dan secara radikal akan meningkatkan pemahaman kita tentang subduksi dari lempeng benua India yang membentuk Himalaya," kata Pandey.
Penemuan baru diharapkan bisa berubah cara berpikir peneliti tentang basis tektonik Himalaya, seperti tingkatan perkembangan Himalaya.
Read more: Asal Mula Pegunungan Himalaya - Asal Kamu Tahu Aja
Kamis, 22 Juli 2010
LANGKAH-LANGKAH MENYAMBUT RAMADHAN
1. Berdoalah agar Allah swt. memberikan kesempatan kepada kita untuk bertemu dengan bulan Ramadan dalam keadaan sehat wal afiat. Dengan keadaan sehat, kita bisa melaksanakan ibadah secara maksimal di bulan itu, baik puasa, shalat, tilawah, dan dzikir. Dari Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. apabila masuk bulan Rajab selalu berdoa, ”Allahuma bariklana fii rajab wa sya’ban, wa balighna ramadan.” Artinya, ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban; dan sampaikan kami ke bulan Ramadan. (HR. Ahmad dan Tabrani)
Para salafush-shalih selalu memohon kepada Allah agar diberikan karunia bulan Ramadan; dan berdoa agar Allah menerima amal mereka. Bila telah masuk awal Ramadhan, mereka berdoa kepada Allah, ”Allahu akbar, allahuma ahillahu alaina bil amni wal iman was salamah wal islam wat taufik lima tuhibbuhu wa tardha.” Artinya, ya Allah, karuniakan kepada kami pada bulan ini keamanan, keimanan, keselamatan, dan keislaman; dan berikan kepada kami taufik agar mampu melakukan amalan yang engkau cintai dan ridhai.
2. Bersyukurlah dan puji Allah atas karunia Ramadan yang kembali diberikan kepada kita. Al-Imam Nawawi dalam kitab Adzkar-nya berkata, ”Dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan kebaikan dan diangkat dari dirinya keburukan untuk bersujud kepada Allah sebagai tanda syukur; dan memuji Allah dengan pujian yang sesuai dengan keagungannya.” Dan di antara nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada seorang hamba adalah ketika dia diberikan kemampuan untuk melakukan ibadah dan ketaatan. Maka, ketika Ramadan telah tiba dan kita dalam kondisi sehat wal afiat, kita harus bersyukur dengan memuji Allah sebagai bentuk syukur.
3. Bergembiralah dengan kedatangan bulan Ramadan. Rasulullah saw. selalu memberikan kabar gembira kepada para shahabat setiap kali datang bulan Ramadan, “Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan kepada kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka.” (HR. Ahmad).
Salafush-shalih sangat memperhatikan bulan Ramadan. Mereka sangat gembira dengan kedatangannya. Tidak ada kegembiraan yang paling besar selain kedatangan bulan Ramadan karena bulan itu bulan penuh kebaikan dan turunnya rahmat.
4. Rancanglah agenda kegiatan untuk mendapatkan manfaat sebesar mungkin dari bulan Ramadan. Ramadhan sangat singkat. Karena itu, isi setiap detiknya dengan amalan yang berharga, yang bisa membersihkan diri, dan mendekatkan diri kepada Allah.
5. Bertekadlah mengisi waktu-waktu Ramadan dengan ketaatan. Barangsiapa jujur kepada Allah, maka Allah akan membantunya dalam melaksanakan agenda-agendanya dan memudahnya melaksanakan aktifitas-aktifitas kebaikan. “Tetapi jikalau mereka benar terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” [Q.S. Muhamad (47): 21]
6. Pelajarilah hukum-hukum semua amalan ibadah di bulan Ramadan. Wajib bagi setiap mukmin beribadah dengan dilandasi ilmu. Kita wajib mengetahui ilmu dan hukum berpuasa sebelum Ramadan datang agar puasa kita benar dan diterima oleh Allah. “Tanyakanlah kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui,” begitu kata Allah di Al-Qur’an surah Al-Anbiyaa’ ayat 7.
7. Sambut Ramadan dengan tekad meninggalkan dosa dan kebiasaan buruk. Bertaubatlah secara benar dari segala dosa dan kesalahan. Ramadan adalah bulan taubat. “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.” [Q.S. An-Nur (24): 31]
8. Siapkan jiwa dan ruhiyah kita dengan bacaan yang mendukung proses tadzkiyatun-nafs. Hadiri majelis ilmu yang membahas tentang keutamaan, hukum, dan hikmah puasa. Sehingga secara mental kita siap untuk melaksanakan ketaatan pada bulan Ramadan.
9. Siapkan diri untuk berdakwah di bulan Ramadhan dengan:
· buat catatan kecil untuk kultum tarawih serta ba’da sholat subuh dan zhuhur.
· membagikan buku saku atau selebaran yang berisi nasihat dan keutamaan puasa.
10. Sambutlah Ramadan dengan membuka lembaran baru yang bersih. Kepada Allah, dengan taubatan nashuha. Kepada Rasulullah saw., dengan melanjutkan risalah dakwahnya dan menjalankan sunnah-sunnahnya. Kepada orang tua, istri-anak, dan karib kerabat, dengan mempererat hubungan silaturrahmi. Kepada masyarakat, dengan menjadi orang yang paling bermanfaat bagi mereka. Sebab, manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.
(Disadur dari artikel kiriman seorang sahabat)
DOA SEORANG AKHWAT
Inilah goresan pena dari sang akhwat yang mendambakan ikhwan sholeh, yang bisa bersama untuk mencintai Mu Ya Robbi dan mencintai Muhammad Shalallahu’alaihi wassalam.
Yaa……Rabbi……..
Aku berdoa untuk seorang ikhwan yang akan menjadi bagian dari hidupku
Seseorang yang sangat mencintaiMu lebih dari segala sesuatu
Seorang yang akan meletakkanku pada posisi di hatinya setelah Engkau dan Muhammad shallahu’alaihiwasalam
Seseorang yang hidup bukan untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk-Mu dan orang lain
Wajah, fisik, status atau harta tidaklah penting
Yang terpenting adalah hati yang sungguh mencintai dan dekat dengan Engkau
Dan berusaha menjadikan sifat-sifat baikMu ada pada pribadinya
Dan ia haruslah mengetahui bagi siapa dan untuk apa ia hidup
Sehingga hidupnya tidak sia-sia
Seseorang yang memiliki hati yang bijak, tidak hanya otak yang cerdas
Seseorang yang tidak hanya mencintaiku, tapi juga menghormatiku
Seorang yang tidak hanya memujaku, tetapi juga dapat menasehatiku
Seseorang yang mencintaiku bukan karena fisikku, hartaku atau statusku tapi karena Engkau
Seorang yang dapat menjadi sahabat terbaikku dalam setiap waktu dan situasi
Seseorang yang membuatku merasa sebagai wanita shalehah ketika aku berada di sisinya
Seseorang yang bisa menjadi asisten sang nahkoda kapal
Seseorang yang bisa menjadi penuntun kenakalan balita yang nakal
Seseorang yang bisa menjadi penawar bisa
Seseorang yang sabar mengingatkan saat diriku lancang
Ya..Rabbi……
Aku tak meminta seseorang yang sempurna
Hingga aku dapat membuatnya sempurna di mataMu
Seseorang yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya
Seorang yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya
Seseorang yang membutuhkan senyumku untuk mengatasi kesedihannya
Seseorang yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya lebih hidup
Aku tidak mengharap orang yang semulia abu baker Radhiyallahu,
Atau setaqwa umar Radhiyallahu, pun setabah Ustman Radhiyallahu,
Ataupun sekaya Abdurrahman bin auf Radhiyallahu, setegar zaid Radhiyallahu
Juga segagah Ali Radhiyallahu, apalagi setampan usamah Radhiyallahu.
Aku hanya mengharap seorang ikhwan akhir zaman,
Yang punya cita-cita mengikuti jejak mereka,
Membangun keturunan yang sholeh,
Membangun peradaban,
dan membuat Rasulullah shallahu’alaihiwasalam bangga di akhirat
Karena aku sadar aku bukanlah semulia Fatimah Radhiyallahuanha, tidak setaqwa Aisyah Radhiyallahuanha ,Pun tidak secantik Zainab Radhiyallahuanha, apalagi sekaya Khodijah Radhiyallahuanha.
Aku hanyalah seorang wanita akhir zaman
yang punya cita - cinta
Ya…..Rabbii …….
Aku juga meminta, Jadikanlah ia sandaran bagiku
Buatlah aku menjadi akhwat yang dapat membuatnya bangga
Berikan aku hati yang sungguh mencintaiMu sehingga aku dapat mencintainya dengan sepenuh jiwaku
Berikanlah sifat yang lembut, sehingga auraku datang dariMu
Berikanlah aku tangan sehingga aku mampu berdoa untuknya
Berikanlah aku penglihatan sehingga aku dapat melihat banyak kebaikan dalam dirinya
Berikanlah aku lisan yang penuh dengan kata-kata bijaksana,
Mampu memberikan semangat serta mendukungnya setiap saat
kokohnya benteng tidak bisa dibangun dalam semalam, namun bisa hancur dalam sedetik
Kota Baghdad tak dibangun dalam sehari, namun bisa hancur dalam sekejap
Dan bilamana akhirnya kami berdua bertemu, aku berharap kami berdua dapat mengatakan:
” Betapa Maha Besarnya Engkau karena telah memberikan kepadaku pasangan yang
dapat membuat hidupku menjadi sempurna”.
Aku mengetahui bahwa Engkau ingin kami bertemu pada waktu yang tepat
Dan Engkau akan membuat segalanya indah pada waktu yang telah Engkau tentukan…
Amiiiin…
METODE PENELITIAN 2
DESAIN PENELITIAN
Desain Penelitian merupakan semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.
1. Desain Perencanaan Penelitian
Pemilihan desain dimulai saat peneliti sudah merumuskan hipotesisnya.
Tujuannya adalah untuk melaksanakan penelitian, sehingga dapat diperoleh suatu
Logika, baik dalam pengujian hipotesis maupun membuat suatu kesimpulan.
2. Desain Pelaksanaan penelitian
Ada 4 macam desain pelaksanaan penelitian ( menurut Suchman yg dikutip Natsir )
A. Desain Sampel
Data yang akan dipakai dalam suatu penelitian, menggunakan desain sampel.
Mengenai pemilihan teknik sampling yang akan digunakan, apakah menggunakan sampling probabilitas atau non probabilitas maupun kombinasi keduanya tergantung pada inferensi statistik yang akan dibuat.
B. Desain Instrumen
Instrumen atau alat untuk mengumpulkan data, dapat menggunakan alat yang terstruktur atau tidak terstruktur.
C. Desain Analisis
Hipotesis merupakan titik tolak analisis, hasil akhir dari analisis harus dapat menjawab hipotesis.
Desain analisis memerlukan alat – alat analisis, seperti pemakaian metode statistika.
D. Desain Administrasi.
Pelaporan hasil penelitian hendaknya didesain sesuai dengan standar yang berlaku umum sehingga akan mempermudah pembaca mengetahui isi hasil penelitian.
3. DESAIN EKSPLORATORI
Penelitian yang dilakukan sifatnya hanya melakukan eksplorasi. Desain ini diperlukan untuk mencari dan menggali elemen – elemen penting yang dianggap penting sebagai penyebab timbulnya suatu masalah.
Emory (1995) mengungkapkan dua bidang telaahan studi dengan desain eksploratori, yaitu :
a. Litertur ( literature survey ) yang bertujuan untuk menemukan teori, konsep,
variabel.
b. Pengalaman ( experience survey ) yang bertujuan untuk menemukan informasi
dari pengalaman orang lain.
4. DESAIN DESKRIPTIF
Desain ini bertujuan untuk menguraikan sifat atau karakteristik dari suatu fenomena tertentu.
Penelitian dengan desain ini jangan melakukan kesimpulan terlalu jauh karena tujuan dari desain ini hanya mengumpulkan fakta dan menguraikannya secara menyeluruh dan teliti sesuai dengan persoalan yang akan dipecahkan.
Menurut Ndraha, penelitian deskriptif memiliki beberapa alternatif tujuan ;
A. Mendefinisikan dan atau mendeskripsikan suatu variabel yang diteliti.
B. Mengetahui perbedaan antara suatu variabel dengan variabel lain yang diteliti
C. Mengetahui pelaksanaan suatu peraturan / rencana
D. Mengetahu fakta tentang teori/konsep/variabel di suatu lokasi penelitian.
5. DESAIN KAUSAL
Desain kausal berguna untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya.
Desain kausal ini cukup sarat dengan teori maupun alat analisis kuantitatif.
PENGAJUAN MASALAH PENELITIAN
• Membuat Judul Penelitian
4. Judul Penelitian
1. Latar Belakang Masalah
2. Indikasi Masalah
3. Batasan Masalah
• Menyusun Penelitian
I. Pendahuluan
A.Latar Belakang Masalah
Merupakan uraian latar belakang timbulnya masalah penelitian yang akan dikaji serta menguraikan hal – hal yang berkaitan dengan masalah tersebut. Masalah yang dijabarkan berupa identifikasi masalah pokok yang akan dibahas, serta menguraikan alasan permasalahan yang dikemukakan oleh penulis.
B. Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah
Menguraikan aspek-aspek yang berkaitan dengan obyek penelitian sehingga dapat menggambarkan apa yang diteliti. Untuk memperjelas variabel penelitian dan permasalahan yang ada, perlu dicantumkan kumpulan batasan masalah yang khusus digunakan dalam penulisan skripsi.
A. Pokok Permasalahan
Masalah yang akan diteliti diuraikan dalam bentuk rumusan masalah dengan kalimat tanya ( ? )
B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan dalam penelitian secara jelas serta spesifik apa yang dicapai, biasanya ditulis untuk diketahui. Tujuan penelitian sebaiknya dikemukakan sesuai dengan rumusan masalah.
C. Asumsi Dasar * (jika diperlukan)
Jika dalam penelitian terdapat asumsi atau anggapan dasar yang bertitik tolak dari kondisi diluar kemampuan penulis/peneliti, maka asumsi tersebut dapat dipergunakan.
II. Tinjauan Pustaka
A. Landasan Teori
Dalam landasan teori diuraikan secara sistematis mengenai teori-teori atau konsep-konsep yang diungkapkan para pakar/ilmuwan dalam kaitannya dengan penelitian, serta hasil-hasil penelitian yang sudah ada dalam bidang yang sama pada penelitian terdahulu.
B. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan hasil dari tinjauan pustaka yang dijabarkan dan diungkapkan sebagai pendekatan terhadap pemecahan masalah penelitian yang dipaparkan sendiri oleh penulis. Setelah diungkapkan secara rinci pendekatan yang digunakan oleh penulis, disarankan agar membuat suatu bentuk model yang langsung berkaitan dengan bidang yang diteliti, dapat berupa diagram atau proses.
C. Definisi Operasionalisasi Variabel
Variabel merupakan konsep yang mempunyai variasi nilai yang mencakup indikator yang akan diteliti. Pengukuran variabel dimulai dari mengoperasikan suatu konsep teoritis menjadi indikator untuk dijadikan pertanyaan – pertanyaan dalam kuesioner dan dapat diukur dengan fakta yang konkrit (empirik).
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan kesimpulan / jawaban sementara atas dasar kajian awal yang masih harus dibuktikan validitasnya. Hipotesis digunakan jika penelitian tersebut akan menguji pengaruh atau hubungan serta keterkaitan antara variabel bebas ( independent variable ) dengan variabel tidak bebas ( dependent variable ).
III. Metode Penelitian
Metode penelitian mencakup hal – hal sebagai berikut :
A. Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Rancangan atau jadwal penelitian yang disusun merupakan langkah-langkah yang akan dilaksanakan, uraian kegiatan, waktu yang dipergunakan sesuai dengan kondisi penulis/peneliti serta penentuan lokasi penelitian yang dilakukan.
C. Obyek Penelitian
Berkaitan dengan penentuan obyek yang akan diteliti, dan menjelaskan
populasi yang Digunakan serta penarikan sample yang menjadi penelitian
langsung.
1). Populasi
Populasi merupakan sekumpulan unsur/elemen yang menjadi obyek
penelitian, dan merupakan semua hal yang ingin diteliti.
2). Sample
Sample merupakan unsur atau elemen yang merupakan bagian populasi
(mewakili populasi) yang menjadi penelitian langsung.
D. Teknik Pengumpulan Data
Menjelaskan cara mendapatkan / mengumpulkan data hasil penelitian baik itu
Data primer maupun data sekunder.
Data Primer
Data primer (primary data) yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh
perorangan/suatu organisasi langsung melalui obyeknya. Misalnya perusahaan
ingin mengetahui konsumsi margarine langsung menghubungi rumah tangga,
untuk memperoleh informasi tentang harga langsung terjun ke pasar,
pemerintah untuk mendapatkan data pendidikan langsung mendatangi
sekolah.
Data primer dilakukan melalui salah satu cara ;
1). Pengamatan / Observasi.
2). Penyebaran angket / kuesioner.
3). Mengadakan wawancara.
Data Sekunder
Data sekunder (secondary data) yaitu data yang didapat dalam bentuk sudah
jadi, berupa publikasi. Data sudah dikumpulkan oleh pihak lain. Misalnya
suatu perusahaan ingin mengetahui data penduduk, pendapatan nasional,
indek harga konsumen, serta data statistik lainnya dari Badan Pusat Statistik
dan data perbankan dari Bank Indonesia.
Data sekunder dilakukan melalui studi literatur / kepustakaan.
E. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dapat dianalisis dengan menggunakan berbagai model tergantung dari tujuan penelitian serta hipotesis * (jika ada). Analisis data dilakukan dengan dua cara yaitu analisis deskriptif atau dengan menggunakan formula tertentu.
SISTEMATIKA PROPOSAL PENELITIAN
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah
C. Pokok Permasalahan
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
E. Asumsi Dasar * (Jika diperlukan)
F. Sistematika Penulisan
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
B. Kerangka Pemikiran
C. Definisi Operasional
D. Hipotesis * (Jika ada)
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
C. Obyek Penelitian
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Teknik Analisis Data
BENTUK – BENTUK MASALAH PENELITIAN
1. Permasalahan Deskriptif
2. Permasalahan Komparatif
3. permasalahan Asosiatif
• PERMASALAHAN DESKRIPTIF : Tanpa membuat perbandingan
Contoh : Seberapa Tinggi produktivitas kerja karyawan di PT....?
Seberapa baik interaksi kerja karyawan di PT.... ?
• PERMASALAHAN KOMPARATIF : Membandingkan suatu variabel pada dua
sampel atau Lebih
Contoh : adakah perbedaan disiplin kerja antara pegawai swasta dengan
Bumn ?
Adakah kesamaan interaksi kerja antara pegawai diperusahaan A dan B ?
Contoh judul penelitiannya ”perbandingan disiplin kerja antara pegawai
negara dan swasta”.
• PERMASALAHAN ASOSIATIF : bersifat menghubungkan dua variabel atau lebih.
a. Hubungan Simetris ; hubungan antara dua variabel atau lebih yang bersifat kebersamaan.
Contoh : Adakah hubungan antara banyaknya semut di pohon dg tingkat
manisnya buah ?
Contoh judul penelitiannya ” Hubungan antara banyaknya semut dengan tingkat
manisnya Buah”
b. Hubungan Kausal ; hubungan yang bersifat sebab akibat. Ada variabel
independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi)
Contoh : 1.Seberapa besar pengaruh insentif terhadap disiplin kerja pegawai ?
2.Seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan dan tata ruang
kantor terhadap efisiensi kerja ?
Contoh judul penelitiannya 1.Pengaruh insentif terhadap disiplin kerja karyawan
di Dept X.
2.Pengaruh gaya kepemimpinan dan tata ruang
kantor terhadap efisiensi kerja di PT X.
Contoh pertama dengan satu variabelindependen.
Contoh kedua dengan dua variabel independen.
c. Hubungan Interaktif ; hubungan yang saling mempengaruhi. Disini tidak
diketahui mana variabel independen dan dependen.
Contoh : Hubungan antara motivasi dan prestasi. Disini dapat dinyatakan
motivasi mempengaruhi prestasi dan juga prestasi mempengaruhi
motivasi.
Desain Penelitian merupakan semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.
1. Desain Perencanaan Penelitian
Pemilihan desain dimulai saat peneliti sudah merumuskan hipotesisnya.
Tujuannya adalah untuk melaksanakan penelitian, sehingga dapat diperoleh suatu
Logika, baik dalam pengujian hipotesis maupun membuat suatu kesimpulan.
2. Desain Pelaksanaan penelitian
Ada 4 macam desain pelaksanaan penelitian ( menurut Suchman yg dikutip Natsir )
A. Desain Sampel
Data yang akan dipakai dalam suatu penelitian, menggunakan desain sampel.
Mengenai pemilihan teknik sampling yang akan digunakan, apakah menggunakan sampling probabilitas atau non probabilitas maupun kombinasi keduanya tergantung pada inferensi statistik yang akan dibuat.
B. Desain Instrumen
Instrumen atau alat untuk mengumpulkan data, dapat menggunakan alat yang terstruktur atau tidak terstruktur.
C. Desain Analisis
Hipotesis merupakan titik tolak analisis, hasil akhir dari analisis harus dapat menjawab hipotesis.
Desain analisis memerlukan alat – alat analisis, seperti pemakaian metode statistika.
D. Desain Administrasi.
Pelaporan hasil penelitian hendaknya didesain sesuai dengan standar yang berlaku umum sehingga akan mempermudah pembaca mengetahui isi hasil penelitian.
3. DESAIN EKSPLORATORI
Penelitian yang dilakukan sifatnya hanya melakukan eksplorasi. Desain ini diperlukan untuk mencari dan menggali elemen – elemen penting yang dianggap penting sebagai penyebab timbulnya suatu masalah.
Emory (1995) mengungkapkan dua bidang telaahan studi dengan desain eksploratori, yaitu :
a. Litertur ( literature survey ) yang bertujuan untuk menemukan teori, konsep,
variabel.
b. Pengalaman ( experience survey ) yang bertujuan untuk menemukan informasi
dari pengalaman orang lain.
4. DESAIN DESKRIPTIF
Desain ini bertujuan untuk menguraikan sifat atau karakteristik dari suatu fenomena tertentu.
Penelitian dengan desain ini jangan melakukan kesimpulan terlalu jauh karena tujuan dari desain ini hanya mengumpulkan fakta dan menguraikannya secara menyeluruh dan teliti sesuai dengan persoalan yang akan dipecahkan.
Menurut Ndraha, penelitian deskriptif memiliki beberapa alternatif tujuan ;
A. Mendefinisikan dan atau mendeskripsikan suatu variabel yang diteliti.
B. Mengetahui perbedaan antara suatu variabel dengan variabel lain yang diteliti
C. Mengetahui pelaksanaan suatu peraturan / rencana
D. Mengetahu fakta tentang teori/konsep/variabel di suatu lokasi penelitian.
5. DESAIN KAUSAL
Desain kausal berguna untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya.
Desain kausal ini cukup sarat dengan teori maupun alat analisis kuantitatif.
PENGAJUAN MASALAH PENELITIAN
• Membuat Judul Penelitian
4. Judul Penelitian
1. Latar Belakang Masalah
2. Indikasi Masalah
3. Batasan Masalah
• Menyusun Penelitian
I. Pendahuluan
A.Latar Belakang Masalah
Merupakan uraian latar belakang timbulnya masalah penelitian yang akan dikaji serta menguraikan hal – hal yang berkaitan dengan masalah tersebut. Masalah yang dijabarkan berupa identifikasi masalah pokok yang akan dibahas, serta menguraikan alasan permasalahan yang dikemukakan oleh penulis.
B. Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah
Menguraikan aspek-aspek yang berkaitan dengan obyek penelitian sehingga dapat menggambarkan apa yang diteliti. Untuk memperjelas variabel penelitian dan permasalahan yang ada, perlu dicantumkan kumpulan batasan masalah yang khusus digunakan dalam penulisan skripsi.
A. Pokok Permasalahan
Masalah yang akan diteliti diuraikan dalam bentuk rumusan masalah dengan kalimat tanya ( ? )
B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan dalam penelitian secara jelas serta spesifik apa yang dicapai, biasanya ditulis untuk diketahui. Tujuan penelitian sebaiknya dikemukakan sesuai dengan rumusan masalah.
C. Asumsi Dasar * (jika diperlukan)
Jika dalam penelitian terdapat asumsi atau anggapan dasar yang bertitik tolak dari kondisi diluar kemampuan penulis/peneliti, maka asumsi tersebut dapat dipergunakan.
II. Tinjauan Pustaka
A. Landasan Teori
Dalam landasan teori diuraikan secara sistematis mengenai teori-teori atau konsep-konsep yang diungkapkan para pakar/ilmuwan dalam kaitannya dengan penelitian, serta hasil-hasil penelitian yang sudah ada dalam bidang yang sama pada penelitian terdahulu.
B. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan hasil dari tinjauan pustaka yang dijabarkan dan diungkapkan sebagai pendekatan terhadap pemecahan masalah penelitian yang dipaparkan sendiri oleh penulis. Setelah diungkapkan secara rinci pendekatan yang digunakan oleh penulis, disarankan agar membuat suatu bentuk model yang langsung berkaitan dengan bidang yang diteliti, dapat berupa diagram atau proses.
C. Definisi Operasionalisasi Variabel
Variabel merupakan konsep yang mempunyai variasi nilai yang mencakup indikator yang akan diteliti. Pengukuran variabel dimulai dari mengoperasikan suatu konsep teoritis menjadi indikator untuk dijadikan pertanyaan – pertanyaan dalam kuesioner dan dapat diukur dengan fakta yang konkrit (empirik).
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan kesimpulan / jawaban sementara atas dasar kajian awal yang masih harus dibuktikan validitasnya. Hipotesis digunakan jika penelitian tersebut akan menguji pengaruh atau hubungan serta keterkaitan antara variabel bebas ( independent variable ) dengan variabel tidak bebas ( dependent variable ).
III. Metode Penelitian
Metode penelitian mencakup hal – hal sebagai berikut :
A. Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Rancangan atau jadwal penelitian yang disusun merupakan langkah-langkah yang akan dilaksanakan, uraian kegiatan, waktu yang dipergunakan sesuai dengan kondisi penulis/peneliti serta penentuan lokasi penelitian yang dilakukan.
C. Obyek Penelitian
Berkaitan dengan penentuan obyek yang akan diteliti, dan menjelaskan
populasi yang Digunakan serta penarikan sample yang menjadi penelitian
langsung.
1). Populasi
Populasi merupakan sekumpulan unsur/elemen yang menjadi obyek
penelitian, dan merupakan semua hal yang ingin diteliti.
2). Sample
Sample merupakan unsur atau elemen yang merupakan bagian populasi
(mewakili populasi) yang menjadi penelitian langsung.
D. Teknik Pengumpulan Data
Menjelaskan cara mendapatkan / mengumpulkan data hasil penelitian baik itu
Data primer maupun data sekunder.
Data Primer
Data primer (primary data) yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh
perorangan/suatu organisasi langsung melalui obyeknya. Misalnya perusahaan
ingin mengetahui konsumsi margarine langsung menghubungi rumah tangga,
untuk memperoleh informasi tentang harga langsung terjun ke pasar,
pemerintah untuk mendapatkan data pendidikan langsung mendatangi
sekolah.
Data primer dilakukan melalui salah satu cara ;
1). Pengamatan / Observasi.
2). Penyebaran angket / kuesioner.
3). Mengadakan wawancara.
Data Sekunder
Data sekunder (secondary data) yaitu data yang didapat dalam bentuk sudah
jadi, berupa publikasi. Data sudah dikumpulkan oleh pihak lain. Misalnya
suatu perusahaan ingin mengetahui data penduduk, pendapatan nasional,
indek harga konsumen, serta data statistik lainnya dari Badan Pusat Statistik
dan data perbankan dari Bank Indonesia.
Data sekunder dilakukan melalui studi literatur / kepustakaan.
E. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dapat dianalisis dengan menggunakan berbagai model tergantung dari tujuan penelitian serta hipotesis * (jika ada). Analisis data dilakukan dengan dua cara yaitu analisis deskriptif atau dengan menggunakan formula tertentu.
SISTEMATIKA PROPOSAL PENELITIAN
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah
C. Pokok Permasalahan
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
E. Asumsi Dasar * (Jika diperlukan)
F. Sistematika Penulisan
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
B. Kerangka Pemikiran
C. Definisi Operasional
D. Hipotesis * (Jika ada)
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
C. Obyek Penelitian
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Teknik Analisis Data
BENTUK – BENTUK MASALAH PENELITIAN
1. Permasalahan Deskriptif
2. Permasalahan Komparatif
3. permasalahan Asosiatif
• PERMASALAHAN DESKRIPTIF : Tanpa membuat perbandingan
Contoh : Seberapa Tinggi produktivitas kerja karyawan di PT....?
Seberapa baik interaksi kerja karyawan di PT.... ?
• PERMASALAHAN KOMPARATIF : Membandingkan suatu variabel pada dua
sampel atau Lebih
Contoh : adakah perbedaan disiplin kerja antara pegawai swasta dengan
Bumn ?
Adakah kesamaan interaksi kerja antara pegawai diperusahaan A dan B ?
Contoh judul penelitiannya ”perbandingan disiplin kerja antara pegawai
negara dan swasta”.
• PERMASALAHAN ASOSIATIF : bersifat menghubungkan dua variabel atau lebih.
a. Hubungan Simetris ; hubungan antara dua variabel atau lebih yang bersifat kebersamaan.
Contoh : Adakah hubungan antara banyaknya semut di pohon dg tingkat
manisnya buah ?
Contoh judul penelitiannya ” Hubungan antara banyaknya semut dengan tingkat
manisnya Buah”
b. Hubungan Kausal ; hubungan yang bersifat sebab akibat. Ada variabel
independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi)
Contoh : 1.Seberapa besar pengaruh insentif terhadap disiplin kerja pegawai ?
2.Seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan dan tata ruang
kantor terhadap efisiensi kerja ?
Contoh judul penelitiannya 1.Pengaruh insentif terhadap disiplin kerja karyawan
di Dept X.
2.Pengaruh gaya kepemimpinan dan tata ruang
kantor terhadap efisiensi kerja di PT X.
Contoh pertama dengan satu variabelindependen.
Contoh kedua dengan dua variabel independen.
c. Hubungan Interaktif ; hubungan yang saling mempengaruhi. Disini tidak
diketahui mana variabel independen dan dependen.
Contoh : Hubungan antara motivasi dan prestasi. Disini dapat dinyatakan
motivasi mempengaruhi prestasi dan juga prestasi mempengaruhi
motivasi.
METODE PENELITIAN 4
TEKNIK DAN INSTRUMEN
PENGUMPULAN DATA
JENIS TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1. ANGKET (KUESIONER)
2. WAWANCARA
3. OBSERVASI
1. ANGKET (KUESIONER)
SUATU PENGUMPULAN DATA DGN MEMBERIKAN DAFTAR PERTANYAAN KEPADA RESPONDEN DGN HARAPAN RESPONDEN MEMBERIKAN RESPON ATAS DAFTAR PERTANYAAN TERSEBUT.
PERTANYAAN BERSIFAT TERBUKA ?
JIKA JAWABAN TIDAK DITENTUKAN SEBELUMNYA.
PERTANYAAN BERSIFAT TERTUTUP ?
JIKA ALTERNATIF JAWABAN TELAH DISEDIAKAN.
2. WAWANCARA
WAWANCARA MERUPAKAN SALAH SATU TEKNIK PENGUMPULAN DATA YANG LAIN.
PELAKSANAANNYA DAPAT DILAKUKAN SECARA LANGSUNG BERHADAPAN DGN YANG DIWAWANCARAI.
DAPAT JUGA SECARA TIDAK LANGSUNG SEPERTI MEMBERIKAN DAFTAR PERTANYAAN UNTUK DIJAWAB PADA KESEMPATAN LAIN.
3. OBSERVASI.
TEKNIK INI MENUNTUT ADANYA PENGAMATAN DARI SI PENELITI BAIK SECARA LANGSUNG ATAU TIDAK LANGSUNG TERHADAP OBYEK PENELITIANNYA.
INSTRUMEN YG DIGUNAKAN DAPAT BERUPA LEMBAR PENGAMATAN, PANDUAN PENGAMATAN, DLL.
LANGKAH – LANGKAH PENYUSUNAN INSTRUMEN UNTUK MENGUMPULKAN DATA.
1. TENTUKAN VARIABEL – VARIABEL YG DIPAKAI DALAM PENELITIAN. VARIABEL INI TERCERMIN PADA JUDUL PENELITIAN.
2. VARIABEL – VARIABEL TERSEBUT DICARIKAN JABARANNYA DALAM BENTUK SUBVARIABEL.
MISAL : UNTUK VARIABEL KEPUASAN KERJA.
BERDASARKAN TEORI ATAU PENDAPAT PARA AHLI.
KEPUASAN KERJA KARYAWAN DITENTUKAN OLEH 5 SUBVARIABEL, YAITU MUTU PEKERJAAN, PROMOSI, PIMPINAN, HUBUNGAN DGN REKAN SEKERJA DAN GAJI.
3. SUBVARIABEL DICARIKAN JABARANNYA DALAM BENTUK INDIKATOR – INDIKATOR, JIKA ADA.
MISAL ; UNTUK SUBVARIABEL GAJI. INDIKATORNYA
ADALAH GAJI POKOK, TUNJANGAN DAN INSENTIF.
4. INDIKATOR DICARIKAN JABARANNYA DALAM BENTUK SUB INDIKATOR, JIKA ADA.
MISAL ; INDIKATOR INSENTIF. SUB INDIKATORNYA
ADALAH INSENTIF FINANSIAL DAN INSENTIF NONFINANSIAL.
5. JIKA SUB INDIKATOR MASIH DAPAT DIBAGI LAGI MENJADI TERKECIL, MAKA KOMPONEN INI DIJADIKAN SEBAGAI BUTIR-BUTIR PERTANYAAN.
6. SELURUH BUTIR – BUTIR PERTANYAAN SELANJUTNYA DITEMPATKAN PADA LEMBARAN INSTRUMEN SEPERTI ANGKET (KUESIONER).
MEMBUAT KUESIONER YG EFEKTIF DAN EFISIEN
1. KOMPONEN INTI KUESIONER
ADA 4 KOMPONEN INTI DARI SEBUAH KUESIONER
A. ADA SUBYEK, YAITU INDIVIDU ATAU LEMBAGA YG MELAKSANAKAN RISET.
B. ADA AJAKAN , YAITU PERMOHONAN DARI PERISET KEPADA RESPONDEN UNTUK MENGISI SECARA AKTIF DAN OBYEKTIF PERTANYAAN YG TERSEDIA.
C. ADA PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER YG MUDAH DIMENGERTI .
D. ADA PERTANYAAN SERTA TEMPAT MENGISI JAWABAN BAIK SECARA TERTUTUP MAUPUN TERBUKA.
2. KUSIONER SEBAGAI KERTAS KERJA.
SATU BENTUK KUESIONER BERTUJUAN UNTUK MENGUMPULKAN DATA YANG AKAN DIPAKAI UNTUK MENGHASILKAN INFORMASI TERTENTU.
CONTOH : SUATU PENELITIAN DGN JUDUL
PENGARUH KEMANDIRIAN, DUKUNGAN ORANG TUA DAN KELUARGA, SERTA FASILITAS DAN PELAYANAN INSTITUSI TERHADAP KUALITAS BELAJAR MAHASISWA
VARIABEL X1 = KEMANDIRIAN
VARIABEL X2 = DUKUNGAN ORANG TUA DAN KELUARGA
VARIABEL X3 = FASILITAS DN PELAYANAN INSTITUSI
VARIABEL Y = KUALITAS BELAJAR
SETELAH DIKETAHUI VARIABEL BEBAS (X) DAN VARIABEL TERIKAT (Y).
SELANJUTNYA DIJABARKAN MENJADI BAGIAN YG LEBIH KECIL SAMPAI PADA SATU INDIKATOR TERTENTU YG TIDAK DAPAT DIPECAH LAGI.
UNTUK VARIABEL KEMANDIRIAN, SUB-SUB VARIABELNYA ADALAH ;
- BERTINDAK
- BERPIKIR
- BERGAUL
- BELAJAR
UNTUK VARIABEL DUKUNGAN ORANG TUA DAN KELUARGA, SUB-SUB VARIABELNYA ADALAH ;
- KONTROL BELAJAR
- HUBUNGAN DENGAN PIHAK INSTITUSI
- KECUKUPAN MATERI DAN MENTAL SPIRITUAL
- ALAT – ALAT BELAJAR
UNTUK VARIABEL FASILITAS DAN PELAYANAN INSTITUSI , SUB-SUB VARIABELNYA ADALAH ;
- PERPUSTAKAAN
- BAGIAN ADMINISTRASI DAN AKADEMIK
- BAGIAN INFORMASI DAN REGISTRASI
- BUKU PEDOMAN AKADEMIK
UNTUK VARIABEL KUALITAS BELAJAR, SUB-SUB VARIABELNYA ADALAH ;
- PERAN DOSEN WALI
- SUASANA DI KELAS
- PEMBERIAN TUGAS
SKALA PENGUKURAN
Maksud dari skala pengukuran ini untuk mengklasifikasikan variabel yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisa data dan langkah penelitian selanjutnya.
1. Skala Nominal
Skala nominal adalah skala yang paling sederhana disusun menurut jenis (kategori) atau fungsi bilangan hanya sebagai simbol untuk membedakan seluruh karakteristik dengan karakteristik lainnya.
1. Contoh Data Nominal sebenarnya
Agama yang dianut : Islam (1) Kristen (2) Hindu (3) Budha (4) dan lain-lainnya.
2. Contoh Data Nominal tidak sebenarnya
a. SD (1), SMP (2), SMU (3), PT (4).
b. Laki-laki (1), Wanita (2)
2. Skala Ordinal
Skala ordinal adalah skala yang didasarkan pada ranking, diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang terendah atau sebaliknya. Contohnya
1. mengukur nilai prestasi kerja
2. mengukur gaji pegawai
3. mengukur ranking kelas
4. mengkur kejuaran misalnya Juara Liga Indonesia Tahun 1995 Persib (1), Petrokimia Gresik (2), Pupuk Kaltim (3).
5. keteladanan
6. tingkat senioritas pegawai
7. kepangkartan militer : Mayor (1), Letkol (2), Kolonel (3)
8. status sosial (tinggi, sedang, rendah)
9. daftar urutan pegawai.
Lankah-langkah jika terjadi sama nilainya dalam data ordinal:
a Urutkan data dari yang terendah sampai yang tertinggi atau sebaliknya.
b Berilah angka 1 (tertinggi) dan 4 (terendah)
Misalnya :
Dalam proses mengajar di Univ. Azzahra didapat data berjenjang yaitu:
IPK: 3,8; 3,2; 3,2; 3,0
Ranking semula (1); (2); (3); (4)
Maka ranking menjadi :
1) IPK 3,8 sebagai ranking 1
2) IPK 3,2 sebagai ranking 2,5 dengan cara : ½ (2 +3) = 2,5
3) IPK 3,0 sebagai ranking 4
3. Skala Interval
Skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lainnya dan mempunyai bobot yang sama. Analisa statistika yang cocok adalah mean (rata-rata), standar deviasi, korelasi momen hasil kali pearson, dan korelasi momen hasil kali ganda. Tes statistika yang digunakan ialah tes statistika parametrik. Contohnya :
1. Skor nilai : A, B, C, D
2. Skor IQ
3. Waktu
4. Temperatur atau suhu
5. Mengurutkan kualitas
Sangat baik (5)
Baik (4)
Sedang (3)
Buruk (2)
Buruk sekali (1)
6. Memperlihatkan jarak (Interval)
Standar nilai mahasiswa untuk mencapai IP:
Huruf: A B C D E
4 3 2 1 0
Nilai intervalnya
A dengan B 4 – 3 = 1
B dengan D 3 – 1 = 2
A dengan D 4 – 1 = 3 dan seterusnya.
4. Skala Ratio
Skala ratio adalah pengukuran yang mempunyai nilai nol mutlak dan mempunyai jarak yang sama. Misalnya umur manusia dan ukuran timbangan keduanya tidak memiliki angka nol negatif. Artinya seseorng tidak dapat berumur dibawah nol tahun dan harus memiliki timbangan diatas nol pula. Kalau dengan data interval kita dapat mengatakan bahwa orang yang berumur 50 tahun adalah umurnya dua kali dari pemuda yang berumur 25 tahun, demikian pula seseorang yang berumur 20 tahun adalah setengah dari umur 40 tahun.
Contoh yang lain adalah berat badan, tinggi pohon, tinggi badan manusia, jarak, panjang dan sebagainya.
Analisa statistika yang cocok adalah mean geometrik, dan koefisien variasi. Tes statistika yang digunakan adalah tes statistika parametrik.
KRITERIA INSTRUMEN YANG BAIK
ADA 5 KRITERIA AGAR ISTRUMEN PENGUMPULAN DATA DIKATAKAN BAIK (menurut Sevilla, 1988) ;
1. VALIDITAS
VALIDITAS ADALAH SUATU DERAJAT KETEPATAN ALAT UKUR PENELITIAN TENTANG ISI ATAU ARTI YANG DIUKUR
2. RELIABILITAS
RELIABILITAS ADALAH DERAJAT KETEPATAN, KETELITIAN, ATAU KEAKURATAN INSTRUMEN PENGUKURAN.
3. SENSITIVITAS
ADALAH KEMAMPUAN SUATU INSTRUMEN UNTUK MELAKUKAN DISKRIMINASI DALAM SUATU PENELITIAN. BILA VALIDITAS DAN RELIABILITAS SUATU ALAT TEST TINGGI MAKA ALAT TEST ITU JUGA SENSITIV
4. OBJEKTIVITAS
PENGUKURAN DAN PENELITIAN BEBAS DARI PENDAPAT DAN PENILAIAN SUBJEKTIF, BEBAS DARI BIAS DAN PERASAAN.
5. FISIBILITAS
BERKENAAN DENGAN ASPEK – ASPEK KETERAMPILAN, PENGGUNAAN SUMBER DAYA DAN WAKTU.
PERLU PERTIMBANGAN AGAR PENELITIAN DISESUAIKAN DENGAN KEMAMPUAN.
UJI VALIDITAS
Selanjutnya Hitung Korelasi antara questioner nomor satu dengan skor total
X ADALAH SKOR QUESTIONER / PERTANYAAN NO. 1
Y ADALAH SKOR TOTAL
UJI REALIBILITAS
PENGUMPULAN DATA
JENIS TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1. ANGKET (KUESIONER)
2. WAWANCARA
3. OBSERVASI
1. ANGKET (KUESIONER)
SUATU PENGUMPULAN DATA DGN MEMBERIKAN DAFTAR PERTANYAAN KEPADA RESPONDEN DGN HARAPAN RESPONDEN MEMBERIKAN RESPON ATAS DAFTAR PERTANYAAN TERSEBUT.
PERTANYAAN BERSIFAT TERBUKA ?
JIKA JAWABAN TIDAK DITENTUKAN SEBELUMNYA.
PERTANYAAN BERSIFAT TERTUTUP ?
JIKA ALTERNATIF JAWABAN TELAH DISEDIAKAN.
2. WAWANCARA
WAWANCARA MERUPAKAN SALAH SATU TEKNIK PENGUMPULAN DATA YANG LAIN.
PELAKSANAANNYA DAPAT DILAKUKAN SECARA LANGSUNG BERHADAPAN DGN YANG DIWAWANCARAI.
DAPAT JUGA SECARA TIDAK LANGSUNG SEPERTI MEMBERIKAN DAFTAR PERTANYAAN UNTUK DIJAWAB PADA KESEMPATAN LAIN.
3. OBSERVASI.
TEKNIK INI MENUNTUT ADANYA PENGAMATAN DARI SI PENELITI BAIK SECARA LANGSUNG ATAU TIDAK LANGSUNG TERHADAP OBYEK PENELITIANNYA.
INSTRUMEN YG DIGUNAKAN DAPAT BERUPA LEMBAR PENGAMATAN, PANDUAN PENGAMATAN, DLL.
LANGKAH – LANGKAH PENYUSUNAN INSTRUMEN UNTUK MENGUMPULKAN DATA.
1. TENTUKAN VARIABEL – VARIABEL YG DIPAKAI DALAM PENELITIAN. VARIABEL INI TERCERMIN PADA JUDUL PENELITIAN.
2. VARIABEL – VARIABEL TERSEBUT DICARIKAN JABARANNYA DALAM BENTUK SUBVARIABEL.
MISAL : UNTUK VARIABEL KEPUASAN KERJA.
BERDASARKAN TEORI ATAU PENDAPAT PARA AHLI.
KEPUASAN KERJA KARYAWAN DITENTUKAN OLEH 5 SUBVARIABEL, YAITU MUTU PEKERJAAN, PROMOSI, PIMPINAN, HUBUNGAN DGN REKAN SEKERJA DAN GAJI.
3. SUBVARIABEL DICARIKAN JABARANNYA DALAM BENTUK INDIKATOR – INDIKATOR, JIKA ADA.
MISAL ; UNTUK SUBVARIABEL GAJI. INDIKATORNYA
ADALAH GAJI POKOK, TUNJANGAN DAN INSENTIF.
4. INDIKATOR DICARIKAN JABARANNYA DALAM BENTUK SUB INDIKATOR, JIKA ADA.
MISAL ; INDIKATOR INSENTIF. SUB INDIKATORNYA
ADALAH INSENTIF FINANSIAL DAN INSENTIF NONFINANSIAL.
5. JIKA SUB INDIKATOR MASIH DAPAT DIBAGI LAGI MENJADI TERKECIL, MAKA KOMPONEN INI DIJADIKAN SEBAGAI BUTIR-BUTIR PERTANYAAN.
6. SELURUH BUTIR – BUTIR PERTANYAAN SELANJUTNYA DITEMPATKAN PADA LEMBARAN INSTRUMEN SEPERTI ANGKET (KUESIONER).
MEMBUAT KUESIONER YG EFEKTIF DAN EFISIEN
1. KOMPONEN INTI KUESIONER
ADA 4 KOMPONEN INTI DARI SEBUAH KUESIONER
A. ADA SUBYEK, YAITU INDIVIDU ATAU LEMBAGA YG MELAKSANAKAN RISET.
B. ADA AJAKAN , YAITU PERMOHONAN DARI PERISET KEPADA RESPONDEN UNTUK MENGISI SECARA AKTIF DAN OBYEKTIF PERTANYAAN YG TERSEDIA.
C. ADA PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER YG MUDAH DIMENGERTI .
D. ADA PERTANYAAN SERTA TEMPAT MENGISI JAWABAN BAIK SECARA TERTUTUP MAUPUN TERBUKA.
2. KUSIONER SEBAGAI KERTAS KERJA.
SATU BENTUK KUESIONER BERTUJUAN UNTUK MENGUMPULKAN DATA YANG AKAN DIPAKAI UNTUK MENGHASILKAN INFORMASI TERTENTU.
CONTOH : SUATU PENELITIAN DGN JUDUL
PENGARUH KEMANDIRIAN, DUKUNGAN ORANG TUA DAN KELUARGA, SERTA FASILITAS DAN PELAYANAN INSTITUSI TERHADAP KUALITAS BELAJAR MAHASISWA
VARIABEL X1 = KEMANDIRIAN
VARIABEL X2 = DUKUNGAN ORANG TUA DAN KELUARGA
VARIABEL X3 = FASILITAS DN PELAYANAN INSTITUSI
VARIABEL Y = KUALITAS BELAJAR
SETELAH DIKETAHUI VARIABEL BEBAS (X) DAN VARIABEL TERIKAT (Y).
SELANJUTNYA DIJABARKAN MENJADI BAGIAN YG LEBIH KECIL SAMPAI PADA SATU INDIKATOR TERTENTU YG TIDAK DAPAT DIPECAH LAGI.
UNTUK VARIABEL KEMANDIRIAN, SUB-SUB VARIABELNYA ADALAH ;
- BERTINDAK
- BERPIKIR
- BERGAUL
- BELAJAR
UNTUK VARIABEL DUKUNGAN ORANG TUA DAN KELUARGA, SUB-SUB VARIABELNYA ADALAH ;
- KONTROL BELAJAR
- HUBUNGAN DENGAN PIHAK INSTITUSI
- KECUKUPAN MATERI DAN MENTAL SPIRITUAL
- ALAT – ALAT BELAJAR
UNTUK VARIABEL FASILITAS DAN PELAYANAN INSTITUSI , SUB-SUB VARIABELNYA ADALAH ;
- PERPUSTAKAAN
- BAGIAN ADMINISTRASI DAN AKADEMIK
- BAGIAN INFORMASI DAN REGISTRASI
- BUKU PEDOMAN AKADEMIK
UNTUK VARIABEL KUALITAS BELAJAR, SUB-SUB VARIABELNYA ADALAH ;
- PERAN DOSEN WALI
- SUASANA DI KELAS
- PEMBERIAN TUGAS
SKALA PENGUKURAN
Maksud dari skala pengukuran ini untuk mengklasifikasikan variabel yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisa data dan langkah penelitian selanjutnya.
1. Skala Nominal
Skala nominal adalah skala yang paling sederhana disusun menurut jenis (kategori) atau fungsi bilangan hanya sebagai simbol untuk membedakan seluruh karakteristik dengan karakteristik lainnya.
1. Contoh Data Nominal sebenarnya
Agama yang dianut : Islam (1) Kristen (2) Hindu (3) Budha (4) dan lain-lainnya.
2. Contoh Data Nominal tidak sebenarnya
a. SD (1), SMP (2), SMU (3), PT (4).
b. Laki-laki (1), Wanita (2)
2. Skala Ordinal
Skala ordinal adalah skala yang didasarkan pada ranking, diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang terendah atau sebaliknya. Contohnya
1. mengukur nilai prestasi kerja
2. mengukur gaji pegawai
3. mengukur ranking kelas
4. mengkur kejuaran misalnya Juara Liga Indonesia Tahun 1995 Persib (1), Petrokimia Gresik (2), Pupuk Kaltim (3).
5. keteladanan
6. tingkat senioritas pegawai
7. kepangkartan militer : Mayor (1), Letkol (2), Kolonel (3)
8. status sosial (tinggi, sedang, rendah)
9. daftar urutan pegawai.
Lankah-langkah jika terjadi sama nilainya dalam data ordinal:
a Urutkan data dari yang terendah sampai yang tertinggi atau sebaliknya.
b Berilah angka 1 (tertinggi) dan 4 (terendah)
Misalnya :
Dalam proses mengajar di Univ. Azzahra didapat data berjenjang yaitu:
IPK: 3,8; 3,2; 3,2; 3,0
Ranking semula (1); (2); (3); (4)
Maka ranking menjadi :
1) IPK 3,8 sebagai ranking 1
2) IPK 3,2 sebagai ranking 2,5 dengan cara : ½ (2 +3) = 2,5
3) IPK 3,0 sebagai ranking 4
3. Skala Interval
Skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lainnya dan mempunyai bobot yang sama. Analisa statistika yang cocok adalah mean (rata-rata), standar deviasi, korelasi momen hasil kali pearson, dan korelasi momen hasil kali ganda. Tes statistika yang digunakan ialah tes statistika parametrik. Contohnya :
1. Skor nilai : A, B, C, D
2. Skor IQ
3. Waktu
4. Temperatur atau suhu
5. Mengurutkan kualitas
Sangat baik (5)
Baik (4)
Sedang (3)
Buruk (2)
Buruk sekali (1)
6. Memperlihatkan jarak (Interval)
Standar nilai mahasiswa untuk mencapai IP:
Huruf: A B C D E
4 3 2 1 0
Nilai intervalnya
A dengan B 4 – 3 = 1
B dengan D 3 – 1 = 2
A dengan D 4 – 1 = 3 dan seterusnya.
4. Skala Ratio
Skala ratio adalah pengukuran yang mempunyai nilai nol mutlak dan mempunyai jarak yang sama. Misalnya umur manusia dan ukuran timbangan keduanya tidak memiliki angka nol negatif. Artinya seseorng tidak dapat berumur dibawah nol tahun dan harus memiliki timbangan diatas nol pula. Kalau dengan data interval kita dapat mengatakan bahwa orang yang berumur 50 tahun adalah umurnya dua kali dari pemuda yang berumur 25 tahun, demikian pula seseorang yang berumur 20 tahun adalah setengah dari umur 40 tahun.
Contoh yang lain adalah berat badan, tinggi pohon, tinggi badan manusia, jarak, panjang dan sebagainya.
Analisa statistika yang cocok adalah mean geometrik, dan koefisien variasi. Tes statistika yang digunakan adalah tes statistika parametrik.
KRITERIA INSTRUMEN YANG BAIK
ADA 5 KRITERIA AGAR ISTRUMEN PENGUMPULAN DATA DIKATAKAN BAIK (menurut Sevilla, 1988) ;
1. VALIDITAS
VALIDITAS ADALAH SUATU DERAJAT KETEPATAN ALAT UKUR PENELITIAN TENTANG ISI ATAU ARTI YANG DIUKUR
2. RELIABILITAS
RELIABILITAS ADALAH DERAJAT KETEPATAN, KETELITIAN, ATAU KEAKURATAN INSTRUMEN PENGUKURAN.
3. SENSITIVITAS
ADALAH KEMAMPUAN SUATU INSTRUMEN UNTUK MELAKUKAN DISKRIMINASI DALAM SUATU PENELITIAN. BILA VALIDITAS DAN RELIABILITAS SUATU ALAT TEST TINGGI MAKA ALAT TEST ITU JUGA SENSITIV
4. OBJEKTIVITAS
PENGUKURAN DAN PENELITIAN BEBAS DARI PENDAPAT DAN PENILAIAN SUBJEKTIF, BEBAS DARI BIAS DAN PERASAAN.
5. FISIBILITAS
BERKENAAN DENGAN ASPEK – ASPEK KETERAMPILAN, PENGGUNAAN SUMBER DAYA DAN WAKTU.
PERLU PERTIMBANGAN AGAR PENELITIAN DISESUAIKAN DENGAN KEMAMPUAN.
UJI VALIDITAS
Selanjutnya Hitung Korelasi antara questioner nomor satu dengan skor total
X ADALAH SKOR QUESTIONER / PERTANYAAN NO. 1
Y ADALAH SKOR TOTAL
UJI REALIBILITAS
METODE PENELITIAN 3
BENTUK – BENTUK HIPOTESIS PENELITIAN
1. HIPOTESIS DESKRIPTIF ; Merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah deskriptif.
Hipotesis nolnya, bisa seperti ini
- Produktivitas kerja karyawan di PT X = 75 %
- Produktivitas kerja karyawan di PT X ≥ 75 %
- Produktivitas kerja karyawan di PT X ≤ 75 %
Hipotesis alternatifnyanya, bisa seperti ini
- Produktivitas kerja karyawan di PT X ≠ 75 %
- Produktivitas kerja karyawan di PT X < 75 %
- Produktivitas kerja karyawan di PT X > 75 %
Hipotesis Statistiknya, (hanya ada jika berdasarkan data
sampel)
- Ho : p = 75 % p = propesi/prosentase
- Ha : p ≠ 75 %
- Ho : p ≥ 75 %
- Ha: p < 75 %
- Ho : p ≤ 75 %
- Ha : p >75 %
2. HIPOTESIS KOMPARATIF ; Merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang berbeda.
Contoh rumusan masalah komparatif ;
1. Bagaimanakah produktivitas kerja karyawan PT X jika dibandingkan dengan PT Y ?
2. Adakah perbedaan Gaya kepemimpinan di Lembaga A dan B ?
Hipotesis untuk no 1 dapat seperti ini ;
1. Tidak terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan PT X dan PT Y (Ho)
Hipotesis alternatifnya (Ha) adalah ;
Terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan PT X dan
PT Y
2. Produktivitas kerja karyawan PT X lebih kecil atau sama dengan
(≤) karyawan PT X (Ho)
Hipotesis alternatifnya (Ha) adalah ;
Produktivitas kerja karyawan PT X lebih besar (>)dari karyawan
PT Y.
3. Produktivitas kerja karyawan PT X lebih besar atau sama dengan
(≥) karyawan PT X (Ho)
Hipotesis alternatifnya (Ha) adalah ;
Produktivitas kerja karyawan PT X lebih kecil (<) dari karyawan
PT Y.
Hipotesis statistik untuk ketiga rumusan itu adalah ;
1. Ho : µ1 = µ2 µ1 = rata-rata produktivitas karyawan x.
Ha : µ1 ≠ µ2 µ2 = rata-rata produktivitas karyawan y.
2. Ho : µ1 ≤ µ2
Ha : µ1 > µ2
3. Ho : µ1 ≥ µ2
Ha : µ1 < µ2
3. HIPOTESIS ASOSIATIF ; Merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Contoh rumusan masalah asosiatif ;
1. Adakah hubungan antara pengawasan melekat dengan efisiensi kerja pegawai di Dept x ?
2. Adakah hubungan antara disiplin kerja antara gaya kepemimpinan di PT X ?
Hipotesis penelitiannya
Hipotesis Nol ; tidak terdapat hubungan antara pengawasan melekat dan efisiensi kerja di Dept X
Hipotesis Alternatif ; Terdapat hubungan yang positif antara pengawasan melekat dan efisiensi kerja di Dept X
Hipotesis statistik
Ho : p = 0 0 berarti tidak ada hubungan
Ha : p ≠ 0 tidak sama dengan nol berarti lebih besar atau kurang
(-) dari nol
berarti ada hubungan
p = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.
POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.
Populasi misalnya penduduk diwilayah tertentu, jumlah pegawai pada suatu organisasi, jumlah konsumen pada suatu perusahaan, dll.
Sampel adalah sebagian dari populasi itu.
TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
1. Probability Sampling; adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Teknik ini meliputi ; simple random sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified random sampling, area (cluster) sampling.
A. Simple Random Sampling .
Pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara ini dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.
B. Proportionate stratified random sampling.
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota / unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.
Suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari latar belakang pendidikan, maka populasi pegawai itu berstrata. Misal jumlah pegawai lulusan S2= 30 orang, S1 = 45 orang, SMA = 200 orang, SMP = 100 orang. Jumlah sampel yang diambil harus meliputi strata pendidikan yang diambil secara proporsional.
C. Disproportionate Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional. Misal populasi pegawai di suatu PT terdiri dari 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 100 orang lulusan S1, 500 orang lulusan SMA, maka 3 orang lulusan S3 dan 4 orang lulusan S2 diambil semuanya sebagai sampel.
D. Cluster Sampling (Sampling Daerah )
Teknik ini digunakan bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk suatu negara,propinsi, kabupaten.
2. Non Probability Sampling
Adalah teknik sampling yang tidak memberi peluang / kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Teknik sampling ini meliputi ;
A. Sampling Sistematis
Adalah teknik penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misal anggota populasi ada 100 orang. Semua anggota diberi nomor urut dari 1 s/d 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja atau genap saja atau kelipatan dari bilangan tertentu.
B. Sampling Kuota
Adalah teknik menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
C. Sampling Aksidental
Adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa yang kebetulan bertemu peneliti dapat digunakan sebagai sampel.
D. Purposive Sampling
Adalah teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja. Misal penelitian
tentang disiplin pegawai maka sampel yang dipilih adalah orang yang ahli
dalam bidang kepegawaian saja.
E. Sampling Jenuh
Adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota paopulasi digunakan
sebagai sampel.
F. Snowball Sampling
Teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel
ini diminta memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel, sehingga jumlah
sampel semakin banyak
1. HIPOTESIS DESKRIPTIF ; Merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah deskriptif.
Hipotesis nolnya, bisa seperti ini
- Produktivitas kerja karyawan di PT X = 75 %
- Produktivitas kerja karyawan di PT X ≥ 75 %
- Produktivitas kerja karyawan di PT X ≤ 75 %
Hipotesis alternatifnyanya, bisa seperti ini
- Produktivitas kerja karyawan di PT X ≠ 75 %
- Produktivitas kerja karyawan di PT X < 75 %
- Produktivitas kerja karyawan di PT X > 75 %
Hipotesis Statistiknya, (hanya ada jika berdasarkan data
sampel)
- Ho : p = 75 % p = propesi/prosentase
- Ha : p ≠ 75 %
- Ho : p ≥ 75 %
- Ha: p < 75 %
- Ho : p ≤ 75 %
- Ha : p >75 %
2. HIPOTESIS KOMPARATIF ; Merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang berbeda.
Contoh rumusan masalah komparatif ;
1. Bagaimanakah produktivitas kerja karyawan PT X jika dibandingkan dengan PT Y ?
2. Adakah perbedaan Gaya kepemimpinan di Lembaga A dan B ?
Hipotesis untuk no 1 dapat seperti ini ;
1. Tidak terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan PT X dan PT Y (Ho)
Hipotesis alternatifnya (Ha) adalah ;
Terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan PT X dan
PT Y
2. Produktivitas kerja karyawan PT X lebih kecil atau sama dengan
(≤) karyawan PT X (Ho)
Hipotesis alternatifnya (Ha) adalah ;
Produktivitas kerja karyawan PT X lebih besar (>)dari karyawan
PT Y.
3. Produktivitas kerja karyawan PT X lebih besar atau sama dengan
(≥) karyawan PT X (Ho)
Hipotesis alternatifnya (Ha) adalah ;
Produktivitas kerja karyawan PT X lebih kecil (<) dari karyawan
PT Y.
Hipotesis statistik untuk ketiga rumusan itu adalah ;
1. Ho : µ1 = µ2 µ1 = rata-rata produktivitas karyawan x.
Ha : µ1 ≠ µ2 µ2 = rata-rata produktivitas karyawan y.
2. Ho : µ1 ≤ µ2
Ha : µ1 > µ2
3. Ho : µ1 ≥ µ2
Ha : µ1 < µ2
3. HIPOTESIS ASOSIATIF ; Merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Contoh rumusan masalah asosiatif ;
1. Adakah hubungan antara pengawasan melekat dengan efisiensi kerja pegawai di Dept x ?
2. Adakah hubungan antara disiplin kerja antara gaya kepemimpinan di PT X ?
Hipotesis penelitiannya
Hipotesis Nol ; tidak terdapat hubungan antara pengawasan melekat dan efisiensi kerja di Dept X
Hipotesis Alternatif ; Terdapat hubungan yang positif antara pengawasan melekat dan efisiensi kerja di Dept X
Hipotesis statistik
Ho : p = 0 0 berarti tidak ada hubungan
Ha : p ≠ 0 tidak sama dengan nol berarti lebih besar atau kurang
(-) dari nol
berarti ada hubungan
p = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.
POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.
Populasi misalnya penduduk diwilayah tertentu, jumlah pegawai pada suatu organisasi, jumlah konsumen pada suatu perusahaan, dll.
Sampel adalah sebagian dari populasi itu.
TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
1. Probability Sampling; adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Teknik ini meliputi ; simple random sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified random sampling, area (cluster) sampling.
A. Simple Random Sampling .
Pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara ini dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.
B. Proportionate stratified random sampling.
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota / unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.
Suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari latar belakang pendidikan, maka populasi pegawai itu berstrata. Misal jumlah pegawai lulusan S2= 30 orang, S1 = 45 orang, SMA = 200 orang, SMP = 100 orang. Jumlah sampel yang diambil harus meliputi strata pendidikan yang diambil secara proporsional.
C. Disproportionate Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional. Misal populasi pegawai di suatu PT terdiri dari 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 100 orang lulusan S1, 500 orang lulusan SMA, maka 3 orang lulusan S3 dan 4 orang lulusan S2 diambil semuanya sebagai sampel.
D. Cluster Sampling (Sampling Daerah )
Teknik ini digunakan bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk suatu negara,propinsi, kabupaten.
2. Non Probability Sampling
Adalah teknik sampling yang tidak memberi peluang / kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Teknik sampling ini meliputi ;
A. Sampling Sistematis
Adalah teknik penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misal anggota populasi ada 100 orang. Semua anggota diberi nomor urut dari 1 s/d 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja atau genap saja atau kelipatan dari bilangan tertentu.
B. Sampling Kuota
Adalah teknik menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
C. Sampling Aksidental
Adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa yang kebetulan bertemu peneliti dapat digunakan sebagai sampel.
D. Purposive Sampling
Adalah teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja. Misal penelitian
tentang disiplin pegawai maka sampel yang dipilih adalah orang yang ahli
dalam bidang kepegawaian saja.
E. Sampling Jenuh
Adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota paopulasi digunakan
sebagai sampel.
F. Snowball Sampling
Teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel
ini diminta memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel, sehingga jumlah
sampel semakin banyak
Senin, 19 Juli 2010
PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP AKTIVA TETAP
Aktiva tetap
Suatu kekayaan perushaan yang memiliki wujud dan memiliki nilai ekonomis lebih dari satu tahun, yang diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan dan tidak untuk dijual.
Penggolongan aktiva tetap
Tanah, bangunan, peralatan, kendaraan, mebel air dll
Perbedaan karakteristik aktiva tetap dengan aktiva lancar
1. Aktiva tetap mempunyai saldo yang cukup besar dalam neraca, transaksi perubahan relatif sedikit namun umumnya menyangkut jumlah yang besar.
2. Kesalahan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tetap mempunyai pengaruh kecil terhadap perhitungan laba rugi
Kesalahan pisah batas transaksi yang besangkutan dengan aktiva lancar mempunyai pengaruh yang besar terhadap perhitungan laba rugi
3. Aktiva tetap disajikan di neraca berdasarkan harga perolehan dikurang depresiasi akumulasi penyusutan sama dengan nilai buku.
Perbedaan pengujian substantif terhadap aktiva lancar dan aktiva tetap
1. Frekuensi transaksi yang menyangkut aktiva tetap relatif sedikit maka jumlah waktu yang diperlukan untuk pengujian subtsantif terhadap aktiva tetap relatif sedikit bila dibandingkan dengan aktiva lancar
2. Ketepatan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tetap sedikit pengaruhnya terhadap perhitungan laba rugi maka auditor tidak mengarahkan perhatiannya terhadap masalah ketelitian pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tetap pada akhir tahun, sedang dalam pengujian substantif terhadap aktiva lancar, auditor memusatkn perhatian terhadap aktiva lancar tersebut.
3. Pengujian substantif terhadap aktiva tetap dititik beratkan pada vrifikasi mutasi aktiva tetap yang terjadi dalam tahun yang di audit.
4. Verifikasi saldo aktiva tetap pada tanggal neraca tidak mendapat perhatian auditor karena aktiva tetap disajikan pada cost-nya bukan nilai pada tanggal neraca seperti halnya dengan aktiva lancar.
Pengujian substantif terhadap aktiva tetap pada pertama kalinya
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam audit terhadap aktiva tetap pada audit pertama kalinya:
a) Apakah laporan keuangan tahun sebelumnya telah di audit oleh auditor independen lain
b) Apakah klien menyelenggarakan aktiva rinci
c) Apakah klien mengarsipkan dokumen-dokumen yang mendukung transaksi yang bersangkutan dengan perolehannya dan mutasi aktiva tetap s/d saat diaudit yang pertama dilaksanakan
Prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian aktiva tetap di neraca
1) Dasar penilaian aktiva tetap harus dicantumkan dalam neraca
2) Aktiva tetap dijaminkan harys dicantumkan dalam laporan keuangan
3) Jumlah depresiasi akumulasi dan biaya-biaya depresiasi untuk tahun ini harus ditunjukan dalam laporan keuangan
4) Metode yang digunakan dalam perhitungan depresiasi golongan besar aktiva tetap harus diungkapkan dalam laporan keuangan
5) Aktiva tetap harus dipecah kedalam golongan yang terpisah jika jumlahnya material
6) Aktiva tetap yang telah habis depresiasi atau nilai bukunya namun masih digunakan untuk operasional perusahaan, jika jumlahnya material harus dijelaskan.
Tujuan pengujian substantif terhadap saldo aktiva tetap
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang dengan aktiva tetap
2. Membuktikan keberadaan aktiva tetap dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan aktiva tetap yang dicantumkan dineraca
3. Membuktikan hak kepemilikan klien atas aktiva tetap yang dicantumkan dineraca
4. Membuktikan kewajaran penilaian aktiva tetap yang dicantumkan di neraca
5. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan aktiva tetap di neraca
Untuk hal tersebut maka auditor melakukan rekonsiliasi antara saldo aktiva tetap yang dicantumkan didalam neraca dengan aktiva tetap yang bersangkutan di dalam buku besar dan selanjutnya ditelusuri ke jurnal pengeluaran kas, jurnal umum dan buku pembantu aktiva tetap.
Prosedur audit pengujian substantif terhadap saldo aktiva tetap
1. Prosedur audit awal
Lakukan perosedur audit awal atas saldo akun aktiva tetap yang akan di uji lebih lanjut :
1) Usut saldo aktiva tetap yang tecantum di dalam neraca ke saldo akun aktiva tetap bersangkutan di buku besar.
2) Terhitung kembali saldo aktiva tetap di buku besar
3) Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam aktiva tetap serta hitung akumulasi penyusutan aktiva tetap tersebut.
4) Usut saldo akun aktiva tetap ke kertas kerja tahun lalu
5) Usut posting pendebetan dan pengkreditan ke dalam jurnal yang bersangkutan
6) Lakukan rekonsiliasi akun kontrol terhadap aktiva tetap dalam buku besar ke buku pembantu aktiva tetap
2. Prosedur analitik
Antara lain:
1) Hitung rasio:
a) Tingkat perputaran aktiva tetap
b) Laba bersih dengan aktiva tetap
c) Aktiva tetap ke modal saham
d) Biaya reparasi dan pemeliharaan dengan aktiva tetap
2) Lakukan analisis hasil prosedur analitik dengan harapan dari dasarkan pada data masa lalu baik data anggaran maupun data realisasi
3. Prosedur pengujian terhadap transaksi rinci
1) Periksa tambahan aktiva tetap ke dokumen yang mendukung timbulnya transaksi tersebut
2) Periksa berkurangnya aktiva tetap ke dokumen yang mendukung timbulnya transaksi tersebut
3) Lakukan pemeriksaan pisah batas (cut off) transaksi aktiva tetap
4) Lakukan review terhadap akun biasa maintanance maupun biaya reparasi
4. Prosedur pengujian terhadap saldo akun rinci
1) Lakukan inspeksi atau peninjauan terjadap aktiva tetap
a) Lakukan inspeksi terhadap tambahan aktiva tetap
b) Lakukan penyelidikan dan sesuaikan jika terjadinya perbedaan
c) Periksan dokumen yang mendukung pembayaran dan pembelian aktiva tetap setelah tanggal neraca
2) Periksa bukti hak kepemilikan aktiva tetap dan kontrak yang mendukung penggunaan aktiva tetap tersebut
3) Lakukan review terhadap penyusutan aktiva tetap
5. Prosedur verifikasi penyajian dan pengungkapan
Bandingkan penyajian aktiva tetap dengna prinsip aktiva yang diterima umum
1) periksa klasifikasi aktiva tetap di neraca
2) Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan aktiva tetap
Auditor melakukan rekonsiliasi antara informasi aktiva tetap yang di cantumkan di neraca dengan catatan akuntansi pendukungnya. Rekonsiliasi ini perlu dilakukan agar auditor memperoleh suatu keyakinan yang memadai bahwa informasi aktiva tetap yang dicantumkan di neraca didukung dengan catatan akuntansi yang dapat dipercaya oleh karena itu auditor melakukan 6 prosedur audit sebagai berikut:
1. Usut saldo aktiva tetap yang tercantum di neraca
2. Hitung kembali saldo aktiva tetap dibuku besar
3. Usut saldo awal aktiva tetap tahun lalu
4. Lakukan review terhadap mutasi aktiva tetap tersebut
5. Usut posting pendebetan dan pengkreditan aktiva tetap
6. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu aktiva tetap dengan akun kontrol aktiva tetap
Suatu kekayaan perushaan yang memiliki wujud dan memiliki nilai ekonomis lebih dari satu tahun, yang diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan dan tidak untuk dijual.
Penggolongan aktiva tetap
Tanah, bangunan, peralatan, kendaraan, mebel air dll
Perbedaan karakteristik aktiva tetap dengan aktiva lancar
1. Aktiva tetap mempunyai saldo yang cukup besar dalam neraca, transaksi perubahan relatif sedikit namun umumnya menyangkut jumlah yang besar.
2. Kesalahan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tetap mempunyai pengaruh kecil terhadap perhitungan laba rugi
Kesalahan pisah batas transaksi yang besangkutan dengan aktiva lancar mempunyai pengaruh yang besar terhadap perhitungan laba rugi
3. Aktiva tetap disajikan di neraca berdasarkan harga perolehan dikurang depresiasi akumulasi penyusutan sama dengan nilai buku.
Perbedaan pengujian substantif terhadap aktiva lancar dan aktiva tetap
1. Frekuensi transaksi yang menyangkut aktiva tetap relatif sedikit maka jumlah waktu yang diperlukan untuk pengujian subtsantif terhadap aktiva tetap relatif sedikit bila dibandingkan dengan aktiva lancar
2. Ketepatan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tetap sedikit pengaruhnya terhadap perhitungan laba rugi maka auditor tidak mengarahkan perhatiannya terhadap masalah ketelitian pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tetap pada akhir tahun, sedang dalam pengujian substantif terhadap aktiva lancar, auditor memusatkn perhatian terhadap aktiva lancar tersebut.
3. Pengujian substantif terhadap aktiva tetap dititik beratkan pada vrifikasi mutasi aktiva tetap yang terjadi dalam tahun yang di audit.
4. Verifikasi saldo aktiva tetap pada tanggal neraca tidak mendapat perhatian auditor karena aktiva tetap disajikan pada cost-nya bukan nilai pada tanggal neraca seperti halnya dengan aktiva lancar.
Pengujian substantif terhadap aktiva tetap pada pertama kalinya
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam audit terhadap aktiva tetap pada audit pertama kalinya:
a) Apakah laporan keuangan tahun sebelumnya telah di audit oleh auditor independen lain
b) Apakah klien menyelenggarakan aktiva rinci
c) Apakah klien mengarsipkan dokumen-dokumen yang mendukung transaksi yang bersangkutan dengan perolehannya dan mutasi aktiva tetap s/d saat diaudit yang pertama dilaksanakan
Prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian aktiva tetap di neraca
1) Dasar penilaian aktiva tetap harus dicantumkan dalam neraca
2) Aktiva tetap dijaminkan harys dicantumkan dalam laporan keuangan
3) Jumlah depresiasi akumulasi dan biaya-biaya depresiasi untuk tahun ini harus ditunjukan dalam laporan keuangan
4) Metode yang digunakan dalam perhitungan depresiasi golongan besar aktiva tetap harus diungkapkan dalam laporan keuangan
5) Aktiva tetap harus dipecah kedalam golongan yang terpisah jika jumlahnya material
6) Aktiva tetap yang telah habis depresiasi atau nilai bukunya namun masih digunakan untuk operasional perusahaan, jika jumlahnya material harus dijelaskan.
Tujuan pengujian substantif terhadap saldo aktiva tetap
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang dengan aktiva tetap
2. Membuktikan keberadaan aktiva tetap dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan aktiva tetap yang dicantumkan dineraca
3. Membuktikan hak kepemilikan klien atas aktiva tetap yang dicantumkan dineraca
4. Membuktikan kewajaran penilaian aktiva tetap yang dicantumkan di neraca
5. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan aktiva tetap di neraca
Untuk hal tersebut maka auditor melakukan rekonsiliasi antara saldo aktiva tetap yang dicantumkan didalam neraca dengan aktiva tetap yang bersangkutan di dalam buku besar dan selanjutnya ditelusuri ke jurnal pengeluaran kas, jurnal umum dan buku pembantu aktiva tetap.
Prosedur audit pengujian substantif terhadap saldo aktiva tetap
1. Prosedur audit awal
Lakukan perosedur audit awal atas saldo akun aktiva tetap yang akan di uji lebih lanjut :
1) Usut saldo aktiva tetap yang tecantum di dalam neraca ke saldo akun aktiva tetap bersangkutan di buku besar.
2) Terhitung kembali saldo aktiva tetap di buku besar
3) Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam aktiva tetap serta hitung akumulasi penyusutan aktiva tetap tersebut.
4) Usut saldo akun aktiva tetap ke kertas kerja tahun lalu
5) Usut posting pendebetan dan pengkreditan ke dalam jurnal yang bersangkutan
6) Lakukan rekonsiliasi akun kontrol terhadap aktiva tetap dalam buku besar ke buku pembantu aktiva tetap
2. Prosedur analitik
Antara lain:
1) Hitung rasio:
a) Tingkat perputaran aktiva tetap
b) Laba bersih dengan aktiva tetap
c) Aktiva tetap ke modal saham
d) Biaya reparasi dan pemeliharaan dengan aktiva tetap
2) Lakukan analisis hasil prosedur analitik dengan harapan dari dasarkan pada data masa lalu baik data anggaran maupun data realisasi
3. Prosedur pengujian terhadap transaksi rinci
1) Periksa tambahan aktiva tetap ke dokumen yang mendukung timbulnya transaksi tersebut
2) Periksa berkurangnya aktiva tetap ke dokumen yang mendukung timbulnya transaksi tersebut
3) Lakukan pemeriksaan pisah batas (cut off) transaksi aktiva tetap
4) Lakukan review terhadap akun biasa maintanance maupun biaya reparasi
4. Prosedur pengujian terhadap saldo akun rinci
1) Lakukan inspeksi atau peninjauan terjadap aktiva tetap
a) Lakukan inspeksi terhadap tambahan aktiva tetap
b) Lakukan penyelidikan dan sesuaikan jika terjadinya perbedaan
c) Periksan dokumen yang mendukung pembayaran dan pembelian aktiva tetap setelah tanggal neraca
2) Periksa bukti hak kepemilikan aktiva tetap dan kontrak yang mendukung penggunaan aktiva tetap tersebut
3) Lakukan review terhadap penyusutan aktiva tetap
5. Prosedur verifikasi penyajian dan pengungkapan
Bandingkan penyajian aktiva tetap dengna prinsip aktiva yang diterima umum
1) periksa klasifikasi aktiva tetap di neraca
2) Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan aktiva tetap
Auditor melakukan rekonsiliasi antara informasi aktiva tetap yang di cantumkan di neraca dengan catatan akuntansi pendukungnya. Rekonsiliasi ini perlu dilakukan agar auditor memperoleh suatu keyakinan yang memadai bahwa informasi aktiva tetap yang dicantumkan di neraca didukung dengan catatan akuntansi yang dapat dipercaya oleh karena itu auditor melakukan 6 prosedur audit sebagai berikut:
1. Usut saldo aktiva tetap yang tercantum di neraca
2. Hitung kembali saldo aktiva tetap dibuku besar
3. Usut saldo awal aktiva tetap tahun lalu
4. Lakukan review terhadap mutasi aktiva tetap tersebut
5. Usut posting pendebetan dan pengkreditan aktiva tetap
6. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu aktiva tetap dengan akun kontrol aktiva tetap
Label:
akuntansi,
auditing,
ekonomi,
financial,
pengendalian intern,
working paper
PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP PIUTANG DAGANG ATAU USAHA
Pembagian piutang:
a. Piutang usaha
• Piutang dagang
• Piutang jasa
b. Piutang non usaha
• Piutang karyawan
• Piutang deviden
• Piutang pendapatan yang masih harus diterima
• Piutang klaim asuransi
• Piutang wesel
• Piutang lain-lain
Prinsip akuntansi yang diterima umum dalam penyajian dineraca:
1. Piutang usaha harus disajikan dalam neraca sebesar jumlah yang harus ditagih
2. Jika perusahaan tidak membentuk cadangan piutang usaha, harus mencantumkan pengungkapannya di neraca bahwa saldo piutang usaha tersebut adalah jumlah bersih.
3. Jika piutang usaha bersaldo material pada neraca harus disajikan rinciannya di neraca (dibuat CALK)
4. Piutang usaha yang bersaldo kredit terdapat pada kartu piutang pada tanggal neraca disajikan dalam kelompok hutang lancar
5. Jika jumlah material piutang non usaha harus disajikan terpisah dari piutang usaha
TUJUAN SUBSTANTIF TERHADAP PIUTANG USAHA
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan piutang.
2. Membuktikan keberadaan piutang dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan piutang yang tercantum di neraca.
3. Membuktikan hak kepemilikan klien atas piutang yang ada dineraca
4. Membuktikan kewajaran penilaian piutang yang dicantumkan dineraca
5. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan piutang di neraca.
RANCANGAN PENGUJIAN TERHADAP PIUTANG USAHA DAPAT DIGOLONGKAN KEDALAM 5 KELOMPOK
1. Prosedur audit awal
Lakukan prosedur audit awak akun piutang usaha yang akan diuji:
1) Usut saldo piutang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun piutang usaha yang bersangkutan.
2) Hitung kembali saldo akun piutang usaha dalam buku besar
3) Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber pos dalam akun piutang usaha ke kertas kerja tahun yang lalu.
4) Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun piutang ke dalam jurnal yang bersangkutan
5) Lakukan rekonsiliasi akan kontrol piutang di dalam buku besar pembantu piutang yang bersangkutan
2. Prosedur analitik
Lakukan prosedur dengan:
1) Hitung rasio:
• Tingkat perputaran piutang usaha
• Piutang usaha dengan aktiva lancar
• Rate of return on sales
• Rasio kerugian piutang usaha dengan penjualan kredit
• Rasio kerugian piutang usaha dengan jumlah piutang usaha sesungguhnya tidak tertagih
2) Lakukan analisis dengan prosedur analisis dengan harapan dari data masa lalu
3. Prosedur terhadap transaksi rinci
1) Periksa sample transaksi piutang yang tercatat ke dokumen yang mendukung timbulnya transaksi usaha
a. Periksa pendebitan akun piutang usaha ke dokumen-dokumen pendukung (berhubungan dengan faktur penjualan, order penjualan, laporan pengiriman barang)
Jurnal yang dibuat
Piutang usaha xxx
Penjualan xxx
b. Periksa pengkreditan akun piutang ke dokumen pendukung (pelunasan piutang usaha)
2) Melakukan verifikasi pisah batas (cut off) transaksi penjualan, dan retur penjualan
a. Periksa dokumen yang mendukung timbulnya piutang usaha dalam minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama tanggal neraca
b. Periksa dokumen yang mendukung mutasi
3) Lakukan verifikasi pisah batas (cut off) transaksi pelunasan kas
a. Lakukan observasi apakah semua kas yang diterima pada hari terakhir yang di audit telah benar-benar masuk kedalam kas setoran dalam perjalanan dan penerimaan kas pada tahun berikutnya tidak dimasukan.
b. Lakukan riset terhadap dokumentasi berikut ini
• Ringkasan transaksi kas harian
• Copy bukti setor
• Rekening korang bank beberapa hari sebelum dan sesudah di audit
4. Pengujian terhadap saldo akun rinci
1) Lakukan konfirmasi piutang
a. Tentukan metode, saat dan luas konfirmasi yang akan dilaksanakan
• Konfirmasi negatif => harus ada jawaban dari klien
• Konfirmasi positif => tidak perlu jawaban dari klien
b. Pilih debitur yang akan dikirimi surat konfirmasi dan kirimkan konfirmasi tersebut
c. Untuk konfirmasi positif yang tidak memperoleh jawaban, lakukan prosedur berikut:
• Periksa dokumen yang mendukung pencatatan dan penerimaan kas dari debitur yang terjadi setelah tanggal neraca
• Periksa dokumen yang mendukung pendebetan dan pengkreditan akun piutang terhadap debitur yang bersangkutan
2) Lakukan evaluasi terhadap kecukupan akun cadangan kerugian piutang usaha yang dibuat oleh klien:
a) Lakukan voting dan cross voting daftar saldo piutang dan cocokan jumlahnya dengan piutang usaha dalam buku besar.
b) Lakukan pengujian penentuan umur piutang usaha yang dilakukan oleh klien
c) Bandingkan cadangan kerugian piutang usaha yang tercantum di neraca tahun yang di audit dengan cadangan tersebut yang tercantum di neraca tahun sebelumnya (tahun lalu)
d) Periksa catatan kredit untuk debitur yang hutangnya kadaluarsa
5. Verifikasi penyajian dan pengungkapan
Bandingkan penyajian piutang usaha di neraca dengan prinsip akuntansi diterima umum:
1) Memeriksa klasifikasi piutang usaha kedalam kelompok aktiva lancar dan tidak lancar
2) Periksa jawaban konfirmasi bank dan piutang usaha atau dagang
3) Periksa klasifikasi piutang kedalam kelompok piutang usah dan non usaha
4) Periksa kecukupan pengungkapan akuntansi untuk piutang antar pihak yang memiliki hubungan istimewa, piutang yang digadaikan atau anjak piutang
5) Periksa surat representasi klien mengenai piutang sesudah tanggal neraca untuk menentukan ketepatan pisah batas (cut off)
FORMULA RASIO PROSEDUR ANALITIK
RASIO TINGKAT PERPUTARAN PIUTANG USAHA
= Pendapatan atau penjualan bersih + rata-rata piutang usaha
RASIO PIUTANG USAHA DENGAN AKTIVA LANCAR
= Saldo piutang usaha + aktiva lancar
RASIO KERUGIAN PIUTANG USAHA DENGAN PENDAPATAN PENJUALAN BERSIH
= Kerugian piutang usaha + pendapatan penjualan bersih
RATE OF RETURN ON NET SALES
= Laba bersih + pendapatan penjualan bersih
RASIO KERUGIAN PIUTANG USAHA DENGAN PIUTANG USAHA YANG TIDAK TERTAGIH
= Kerugian piutang usaha + piutang usaha tidak tertagih
a. Piutang usaha
• Piutang dagang
• Piutang jasa
b. Piutang non usaha
• Piutang karyawan
• Piutang deviden
• Piutang pendapatan yang masih harus diterima
• Piutang klaim asuransi
• Piutang wesel
• Piutang lain-lain
Prinsip akuntansi yang diterima umum dalam penyajian dineraca:
1. Piutang usaha harus disajikan dalam neraca sebesar jumlah yang harus ditagih
2. Jika perusahaan tidak membentuk cadangan piutang usaha, harus mencantumkan pengungkapannya di neraca bahwa saldo piutang usaha tersebut adalah jumlah bersih.
3. Jika piutang usaha bersaldo material pada neraca harus disajikan rinciannya di neraca (dibuat CALK)
4. Piutang usaha yang bersaldo kredit terdapat pada kartu piutang pada tanggal neraca disajikan dalam kelompok hutang lancar
5. Jika jumlah material piutang non usaha harus disajikan terpisah dari piutang usaha
TUJUAN SUBSTANTIF TERHADAP PIUTANG USAHA
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan piutang.
2. Membuktikan keberadaan piutang dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan piutang yang tercantum di neraca.
3. Membuktikan hak kepemilikan klien atas piutang yang ada dineraca
4. Membuktikan kewajaran penilaian piutang yang dicantumkan dineraca
5. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan piutang di neraca.
RANCANGAN PENGUJIAN TERHADAP PIUTANG USAHA DAPAT DIGOLONGKAN KEDALAM 5 KELOMPOK
1. Prosedur audit awal
Lakukan prosedur audit awak akun piutang usaha yang akan diuji:
1) Usut saldo piutang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun piutang usaha yang bersangkutan.
2) Hitung kembali saldo akun piutang usaha dalam buku besar
3) Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber pos dalam akun piutang usaha ke kertas kerja tahun yang lalu.
4) Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun piutang ke dalam jurnal yang bersangkutan
5) Lakukan rekonsiliasi akan kontrol piutang di dalam buku besar pembantu piutang yang bersangkutan
2. Prosedur analitik
Lakukan prosedur dengan:
1) Hitung rasio:
• Tingkat perputaran piutang usaha
• Piutang usaha dengan aktiva lancar
• Rate of return on sales
• Rasio kerugian piutang usaha dengan penjualan kredit
• Rasio kerugian piutang usaha dengan jumlah piutang usaha sesungguhnya tidak tertagih
2) Lakukan analisis dengan prosedur analisis dengan harapan dari data masa lalu
3. Prosedur terhadap transaksi rinci
1) Periksa sample transaksi piutang yang tercatat ke dokumen yang mendukung timbulnya transaksi usaha
a. Periksa pendebitan akun piutang usaha ke dokumen-dokumen pendukung (berhubungan dengan faktur penjualan, order penjualan, laporan pengiriman barang)
Jurnal yang dibuat
Piutang usaha xxx
Penjualan xxx
b. Periksa pengkreditan akun piutang ke dokumen pendukung (pelunasan piutang usaha)
2) Melakukan verifikasi pisah batas (cut off) transaksi penjualan, dan retur penjualan
a. Periksa dokumen yang mendukung timbulnya piutang usaha dalam minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama tanggal neraca
b. Periksa dokumen yang mendukung mutasi
3) Lakukan verifikasi pisah batas (cut off) transaksi pelunasan kas
a. Lakukan observasi apakah semua kas yang diterima pada hari terakhir yang di audit telah benar-benar masuk kedalam kas setoran dalam perjalanan dan penerimaan kas pada tahun berikutnya tidak dimasukan.
b. Lakukan riset terhadap dokumentasi berikut ini
• Ringkasan transaksi kas harian
• Copy bukti setor
• Rekening korang bank beberapa hari sebelum dan sesudah di audit
4. Pengujian terhadap saldo akun rinci
1) Lakukan konfirmasi piutang
a. Tentukan metode, saat dan luas konfirmasi yang akan dilaksanakan
• Konfirmasi negatif => harus ada jawaban dari klien
• Konfirmasi positif => tidak perlu jawaban dari klien
b. Pilih debitur yang akan dikirimi surat konfirmasi dan kirimkan konfirmasi tersebut
c. Untuk konfirmasi positif yang tidak memperoleh jawaban, lakukan prosedur berikut:
• Periksa dokumen yang mendukung pencatatan dan penerimaan kas dari debitur yang terjadi setelah tanggal neraca
• Periksa dokumen yang mendukung pendebetan dan pengkreditan akun piutang terhadap debitur yang bersangkutan
2) Lakukan evaluasi terhadap kecukupan akun cadangan kerugian piutang usaha yang dibuat oleh klien:
a) Lakukan voting dan cross voting daftar saldo piutang dan cocokan jumlahnya dengan piutang usaha dalam buku besar.
b) Lakukan pengujian penentuan umur piutang usaha yang dilakukan oleh klien
c) Bandingkan cadangan kerugian piutang usaha yang tercantum di neraca tahun yang di audit dengan cadangan tersebut yang tercantum di neraca tahun sebelumnya (tahun lalu)
d) Periksa catatan kredit untuk debitur yang hutangnya kadaluarsa
5. Verifikasi penyajian dan pengungkapan
Bandingkan penyajian piutang usaha di neraca dengan prinsip akuntansi diterima umum:
1) Memeriksa klasifikasi piutang usaha kedalam kelompok aktiva lancar dan tidak lancar
2) Periksa jawaban konfirmasi bank dan piutang usaha atau dagang
3) Periksa klasifikasi piutang kedalam kelompok piutang usah dan non usaha
4) Periksa kecukupan pengungkapan akuntansi untuk piutang antar pihak yang memiliki hubungan istimewa, piutang yang digadaikan atau anjak piutang
5) Periksa surat representasi klien mengenai piutang sesudah tanggal neraca untuk menentukan ketepatan pisah batas (cut off)
FORMULA RASIO PROSEDUR ANALITIK
RASIO TINGKAT PERPUTARAN PIUTANG USAHA
= Pendapatan atau penjualan bersih + rata-rata piutang usaha
RASIO PIUTANG USAHA DENGAN AKTIVA LANCAR
= Saldo piutang usaha + aktiva lancar
RASIO KERUGIAN PIUTANG USAHA DENGAN PENDAPATAN PENJUALAN BERSIH
= Kerugian piutang usaha + pendapatan penjualan bersih
RATE OF RETURN ON NET SALES
= Laba bersih + pendapatan penjualan bersih
RASIO KERUGIAN PIUTANG USAHA DENGAN PIUTANG USAHA YANG TIDAK TERTAGIH
= Kerugian piutang usaha + piutang usaha tidak tertagih
Sudah mendarah daging dalam diri kita bahwa israel dan dunia barat adalah musuh yang terus memerangi islam. Walaupun dalam berbagai kesempatan mereka selalu berkoar-koar islam bukanlah musuh, tetapi secara sembunyi-sembunyi terus mengadakan propaganda untuk merusak citra islam di mata dunia.
Dalam kunjungan kenegaraan ke Indonesia beberapa tahun silam, dihadapan masa ormas islam, Presiden Iran Mahmud Ahmad Dinejad mengatakan sesungguhnya musuh yang nyata sudah nampak di mata kalian yang terang-terangan memusuhi islam adalah dunia barat dengan kroni-kroninya (zionis). Umat islam tidak akan gentar karena setiap dalam diri pemuda islam adalah nuklir bagi dunia barat. Omongan itu bukan sambal gertak semata.
Seorang dedengkot yahudi dalam statemennya mengatakan bahwa satu hal yang kami takuti dalam islam yang menjadi ancaman suatu hari mendatang. Sesuatu yang membuat kami selalu merasa dalam ancaman dan ketakutan. Hal itu adalah persatuan islam di seluruh dunia seperti yang kalian tunjukan diwaktu sholat berjamaah.
Dalam Al Qur'an Allah SWT berfirman: "Dan apabila kamu berada bersama mereka lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) bersamamu dan menyandang senjata,..." (QS. 4:102).
Rasulullah SAW bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh aku bermaksud hendak menyuruh orang-orang mengumpulkan kayu bakar, kemudian menyuruh seseorang menyerukan adzan, lalu menyuruh seseorang pula untuk menjadi imam bagi orang banyak. Maka saya akan mendatangi orang-orang yang tidak ikut berjama'ah, lantas aku bakar rumah-rumah mereka." (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah RA).
Dari Ibnu Abbas RA berkata: "Saya menginap di rumah bibiku Maimunah (isteri Rasulullah SAW). Nabi SAW bangun untuk shalat malam maka aku bangun untuk shalat bersama beliau. Aku berdiri di sisi kirinya dan dipeganglah kepalaku dan digeser posisiku ke sebelah kanan beliau." (HR. Jama'ah, hadits shahih).
Umat Islam harus saling menjaga dan menghormati satu sama lain. Perbedaan dalam hal-hal yang tidak prinsip, tidak boleh menjadikan kelompok umat Islam yang satu membenci apalagi menghujat kelompok lainnya. “Yang berjanggut panjang maupun yang janggutnya dibonsai, yang pakai celana setengah kaki maupun tiga perempat kaki, yang pakai jilbab lebar maupun jilbab modis, yang berbusana putih-putih maupun warna lainnya, semauanya adalah saudara. Kita harus menjaga persatuan dan kesatuan umat,” Inilah gambaram ketakutan yang benar-benar menjadi ancaman dunia barat dan kroni-kroninya.
chicago
irak
iran
china
palestina
rusia
indonesia
Perbedaan sekecil apa pun,bila disikapi dengan jiwa kerdil,dada sempit,sikap egois, dan mau menang sendiri,pasti akan mendatangkan perpecahan dan malapetaka. Apalagi kalau perbedaannya besar,sudah pasti hancur lebur. Sebaliknya, perbedaan sebesar apa pun, kalau disikapi dengan jiwa besar, dada lapang, sikap tafâhum, dan saling hormat, insya Allah tidak akan menimbulkan perpecahan.
Dalam kunjungan kenegaraan ke Indonesia beberapa tahun silam, dihadapan masa ormas islam, Presiden Iran Mahmud Ahmad Dinejad mengatakan sesungguhnya musuh yang nyata sudah nampak di mata kalian yang terang-terangan memusuhi islam adalah dunia barat dengan kroni-kroninya (zionis). Umat islam tidak akan gentar karena setiap dalam diri pemuda islam adalah nuklir bagi dunia barat. Omongan itu bukan sambal gertak semata.
Seorang dedengkot yahudi dalam statemennya mengatakan bahwa satu hal yang kami takuti dalam islam yang menjadi ancaman suatu hari mendatang. Sesuatu yang membuat kami selalu merasa dalam ancaman dan ketakutan. Hal itu adalah persatuan islam di seluruh dunia seperti yang kalian tunjukan diwaktu sholat berjamaah.
Dalam Al Qur'an Allah SWT berfirman: "Dan apabila kamu berada bersama mereka lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) bersamamu dan menyandang senjata,..." (QS. 4:102).
Rasulullah SAW bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh aku bermaksud hendak menyuruh orang-orang mengumpulkan kayu bakar, kemudian menyuruh seseorang menyerukan adzan, lalu menyuruh seseorang pula untuk menjadi imam bagi orang banyak. Maka saya akan mendatangi orang-orang yang tidak ikut berjama'ah, lantas aku bakar rumah-rumah mereka." (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah RA).
Dari Ibnu Abbas RA berkata: "Saya menginap di rumah bibiku Maimunah (isteri Rasulullah SAW). Nabi SAW bangun untuk shalat malam maka aku bangun untuk shalat bersama beliau. Aku berdiri di sisi kirinya dan dipeganglah kepalaku dan digeser posisiku ke sebelah kanan beliau." (HR. Jama'ah, hadits shahih).
Umat Islam harus saling menjaga dan menghormati satu sama lain. Perbedaan dalam hal-hal yang tidak prinsip, tidak boleh menjadikan kelompok umat Islam yang satu membenci apalagi menghujat kelompok lainnya. “Yang berjanggut panjang maupun yang janggutnya dibonsai, yang pakai celana setengah kaki maupun tiga perempat kaki, yang pakai jilbab lebar maupun jilbab modis, yang berbusana putih-putih maupun warna lainnya, semauanya adalah saudara. Kita harus menjaga persatuan dan kesatuan umat,” Inilah gambaram ketakutan yang benar-benar menjadi ancaman dunia barat dan kroni-kroninya.
chicago
irak
iran
china
palestina
rusia
indonesia
Perbedaan sekecil apa pun,bila disikapi dengan jiwa kerdil,dada sempit,sikap egois, dan mau menang sendiri,pasti akan mendatangkan perpecahan dan malapetaka. Apalagi kalau perbedaannya besar,sudah pasti hancur lebur. Sebaliknya, perbedaan sebesar apa pun, kalau disikapi dengan jiwa besar, dada lapang, sikap tafâhum, dan saling hormat, insya Allah tidak akan menimbulkan perpecahan.
MEMO INTERN
Dalam rangka penyempurnaan Draft Audit Manual Kantor Akuntan Publik... yang dikaitkan dengan peningkatan mutu pemeriksaan, maka untuk sementara berdasarkan memo intern ini di tetapkan “Pedoman (sementara) Penetapan Tingkat Materialitas”
Pedoman ini dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:
1. Definisi Materialitas
2. Prosedur Tingkat Materialitas
3. Kebijakan Umum Tentang Materialitas
4. Contoh Penerapan
I. DEFINISI MATERIALITAS
Materialitas adalah:
“Suatu jumlah atau nilai tertentu dari adanya salah saji atau tidak lengkap atau kekeliruan pada informasi akutansi yang dalam lingkungan keadaan tertentu, dapat merubah atau mempengaruhi keputusan (ekonomis) seseorang yang bergantung pada informasi tersebut”
II. PROSEDUR PENETAPAN TINGKAT MATERIALITAS
Dalam penerapan tingkat materialitas terdiri atas 4 langkah yang di kelompokkan dalam 2 tahap:
1. Langkah pada tahap perencanaan audit
a. Tetapkan kebijakan awal (preliminary judgment; patokan awal) tentang nilai atau tingkat presentase yang dianggap material.
Yaitu: suatu jumlah atau presentase tertinggi dari kemungkinan adanya suatu salah saji yang berdasarkan keyakinan auditor hal tersebut tidak akan mempengaruhi keputusan pemakai laporan keuangan
Tujuan: membantu auditor dalam merencanakan pengumpulan bukti-bukti yang memadai.
Hukum dasar materialitas (basic rule)
Penetapan patokan nilai atua presentase materialitas yang relatif lebih kecil memerlukan bukti-bukti audit yang lebih banyak dari patokan yang relatif lebih besar.
b. Alokasi kebijakan awal tersebut (1) pada setiap segmen atau pos perkiraan.
Yaitu: menghitung nilai (rupiah) dari kemungkinan kesalahan untuk setiap segmen atau pos yang dapat ditoleransi, yang jumlah keseluruhannya tidak melebihi patokan meterialitas yang ditetapkan semula (1)
2. Langkah pada tahap pelaksanaan audit
a. Estimasi jumlah kesalahan (total error) dalam setiap segmen atau pos perkiraan
Yaitu: memproyeksikan jumlah kesalahan secara keseluruhan berdasarkan jumlah kesalahan yang ditemukan dalam sampel yang diambil dari populasu suatu pos perkiraan tertentu.
b. Estimasi kesalahan gabungan (combined error)
Yaitu: Merrupakan penjumlahan dari estimasi jumlah kesalahan setiap pos perkiraan (1)
c. Membandingkan estimasi kesalahan gabungan (2) dengan patokan awal materialitas
Tujuan :
• Untuk mempertimbangkan lebih lanjut apakah patokan awal materialitas perlu revisi, karena adanya faktor kualitatif yang harus dipertimbangkan.
• Untuk mempertimbangkan apakah ruang lingkup pemeriksaan perlu diperluas untuk pos-pos tertentu.
• Untuk menetapkan opini.
III. KEBIJAKAN UMUM TENTANG MATERIALITAS
Kebijakan profesional (profesional judgement) senantiasa harus digunakan dalam penetapan dan penerapan materialitas.
Sebagai pedoman umum, kebijakan (policies) berikut ini harus diterapkan:
1. Kesalahan gabungan (E+) dalam laporan keuangan yang diperiksa, harus dipertimbangkan sebagai berikut:
a. E+ > 10% ; dinilai “MATERIAL”
b. E+ < 5% ; dinilai “TIDAK MATERIAL” bila tidak ada faktor kualitatif.
c. 5% < E+ < 10% ; memerlukan tindak lanjut berdasarkan kebijakan profesional auditor bersangkutan untuk menentukan materialitasnya
2. Ukuran 5% s/d 10% harus dinilai berdasarkan basis yang sesuai. Basis yang digunakan cenderung lebih dari satu dalam rangka menentukan materialitas kesalahan dari suatu jenis perkiraan. Dibawah ini, merupakan basis yang disarankan untuk digunakan:
a. Komponen laba/rugi; berdasarkan laba bersih sebelum pajak.
Bila laba tersebut dinilai tidak representatif, misalnya dalam hal ini rugi atau break even dapat menggunakan basis lain, misalnya:
• Jumlah pendapatan bersih; untuk masing-masing jenis penjualan
• Jumlah harga pokok penjualan, untuk setiap unsurnya,
• Jumlah beban usaha; untuk setiap jenis bebannya atau,
• Rata-rata laba yang diperoleh selama jangka waktu tiga tahun
b. Komponen neraca; kesalahan gabungan laba/rugi harus dinilai dengan mengkaitan pengaruhnya terhadap aktiva lancar, kewajiban lancar dan total harta secara keseluruhan.
Basis yang digunakan untuk komponen neraca disarankan:
• Total aktiva lancar ; 5% < E+ < 10%
• Total kewajiban lancar ; 5% < E+ < 10%
• Total harta ; 2% 3. Faktor kualitatif harus senantiasa dinilai dalam semua pemeriksaan
Dalam banyak hal faktor ini lebih penting daripada sekdar pedoman penilaian diatas. Faktor-faktor kualitatif yang harus dipertimbangkan antara lain:
a. Tujuan penggunaan laporan keuangan
b. Karakteristik informasi, termasuk catatannya, misalnya: laporan keuangan disusun dalam lingkungan pengendalian yang lemah atau tidak dapat diandalkan.
c. Jenis kesalahan yang ditemukan merupakan akibat pelanggaran (irregulaties)
d. Jenis kesalahan yang tidak material dapat mengakibatkan timbulnya tuntutan yang material.
e. Jenis kesalahan yang tidak material mempengaruhi trend performasi periode-periode sebelumnya.
Pedoman ini dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:
1. Definisi Materialitas
2. Prosedur Tingkat Materialitas
3. Kebijakan Umum Tentang Materialitas
4. Contoh Penerapan
I. DEFINISI MATERIALITAS
Materialitas adalah:
“Suatu jumlah atau nilai tertentu dari adanya salah saji atau tidak lengkap atau kekeliruan pada informasi akutansi yang dalam lingkungan keadaan tertentu, dapat merubah atau mempengaruhi keputusan (ekonomis) seseorang yang bergantung pada informasi tersebut”
II. PROSEDUR PENETAPAN TINGKAT MATERIALITAS
Dalam penerapan tingkat materialitas terdiri atas 4 langkah yang di kelompokkan dalam 2 tahap:
1. Langkah pada tahap perencanaan audit
a. Tetapkan kebijakan awal (preliminary judgment; patokan awal) tentang nilai atau tingkat presentase yang dianggap material.
Yaitu: suatu jumlah atau presentase tertinggi dari kemungkinan adanya suatu salah saji yang berdasarkan keyakinan auditor hal tersebut tidak akan mempengaruhi keputusan pemakai laporan keuangan
Tujuan: membantu auditor dalam merencanakan pengumpulan bukti-bukti yang memadai.
Hukum dasar materialitas (basic rule)
Penetapan patokan nilai atua presentase materialitas yang relatif lebih kecil memerlukan bukti-bukti audit yang lebih banyak dari patokan yang relatif lebih besar.
b. Alokasi kebijakan awal tersebut (1) pada setiap segmen atau pos perkiraan.
Yaitu: menghitung nilai (rupiah) dari kemungkinan kesalahan untuk setiap segmen atau pos yang dapat ditoleransi, yang jumlah keseluruhannya tidak melebihi patokan meterialitas yang ditetapkan semula (1)
2. Langkah pada tahap pelaksanaan audit
a. Estimasi jumlah kesalahan (total error) dalam setiap segmen atau pos perkiraan
Yaitu: memproyeksikan jumlah kesalahan secara keseluruhan berdasarkan jumlah kesalahan yang ditemukan dalam sampel yang diambil dari populasu suatu pos perkiraan tertentu.
b. Estimasi kesalahan gabungan (combined error)
Yaitu: Merrupakan penjumlahan dari estimasi jumlah kesalahan setiap pos perkiraan (1)
c. Membandingkan estimasi kesalahan gabungan (2) dengan patokan awal materialitas
Tujuan :
• Untuk mempertimbangkan lebih lanjut apakah patokan awal materialitas perlu revisi, karena adanya faktor kualitatif yang harus dipertimbangkan.
• Untuk mempertimbangkan apakah ruang lingkup pemeriksaan perlu diperluas untuk pos-pos tertentu.
• Untuk menetapkan opini.
III. KEBIJAKAN UMUM TENTANG MATERIALITAS
Kebijakan profesional (profesional judgement) senantiasa harus digunakan dalam penetapan dan penerapan materialitas.
Sebagai pedoman umum, kebijakan (policies) berikut ini harus diterapkan:
1. Kesalahan gabungan (E+) dalam laporan keuangan yang diperiksa, harus dipertimbangkan sebagai berikut:
a. E+ > 10% ; dinilai “MATERIAL”
b. E+ < 5% ; dinilai “TIDAK MATERIAL” bila tidak ada faktor kualitatif.
c. 5% < E+ < 10% ; memerlukan tindak lanjut berdasarkan kebijakan profesional auditor bersangkutan untuk menentukan materialitasnya
2. Ukuran 5% s/d 10% harus dinilai berdasarkan basis yang sesuai. Basis yang digunakan cenderung lebih dari satu dalam rangka menentukan materialitas kesalahan dari suatu jenis perkiraan. Dibawah ini, merupakan basis yang disarankan untuk digunakan:
a. Komponen laba/rugi; berdasarkan laba bersih sebelum pajak.
Bila laba tersebut dinilai tidak representatif, misalnya dalam hal ini rugi atau break even dapat menggunakan basis lain, misalnya:
• Jumlah pendapatan bersih; untuk masing-masing jenis penjualan
• Jumlah harga pokok penjualan, untuk setiap unsurnya,
• Jumlah beban usaha; untuk setiap jenis bebannya atau,
• Rata-rata laba yang diperoleh selama jangka waktu tiga tahun
b. Komponen neraca; kesalahan gabungan laba/rugi harus dinilai dengan mengkaitan pengaruhnya terhadap aktiva lancar, kewajiban lancar dan total harta secara keseluruhan.
Basis yang digunakan untuk komponen neraca disarankan:
• Total aktiva lancar ; 5% < E+ < 10%
• Total kewajiban lancar ; 5% < E+ < 10%
• Total harta ; 2%
Dalam banyak hal faktor ini lebih penting daripada sekdar pedoman penilaian diatas. Faktor-faktor kualitatif yang harus dipertimbangkan antara lain:
a. Tujuan penggunaan laporan keuangan
b. Karakteristik informasi, termasuk catatannya, misalnya: laporan keuangan disusun dalam lingkungan pengendalian yang lemah atau tidak dapat diandalkan.
c. Jenis kesalahan yang ditemukan merupakan akibat pelanggaran (irregulaties)
d. Jenis kesalahan yang tidak material dapat mengakibatkan timbulnya tuntutan yang material.
e. Jenis kesalahan yang tidak material mempengaruhi trend performasi periode-periode sebelumnya.
PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP SALDO KAS
A. Deskripsi kas
Kas terdiri dari uang tunai (uang logam dan uang kertas), pos wesel, certified check, cashier’ check, cek pribadi dan bank draft, serta dana yang disimpan dibank yang pengambilannya tidak dibatasi oleh bank atau perjanjian yang lain. Kas yang dicantumkan dineraca terdiri dari 2 unsur, yaitu:
Kas ditangan perusahaan, yang terdiri dari:
Penerimaan kas disetor di bank, yang berupa uang tunia, pos wesel, certified check, cashier’ check, cek pribadi dan bank draft.
Saldo kas kecil, yang berupa uang tunai yang ada di tangan pemegang dana kas kecil.
Kas di bank, yang berupa simpanan di bank berbentuk rekening giro.
Umumnya pengendalian intern yang diterapkan oleh klien terhadap kas sangat ketat karena aktiva ini mudah sekali digelapkan, dan merupakan jenis aktiva yang umumnya menjadi incaran penyelewengan.
B. Prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian kas di neraca
1. Kas yang disajikan dineraca adalah saldo kas yang ada di tangan perusahaan pada tanggal tersebut dan saldo rekening giro bank, yang pengembaliannya tidak dibatasi oleh bank atau perjanjian yang lain.
2. Kas dalam bentuk valuta asing jika di cantumkan di neraca sebesar nilai kurs yang berlaku pada tanggal neraca.
3. Unsur-unsur berikut harus disajikan secara terpisah dari unsur kas di neraca jika jumlahnya material:
a. Tabungan di bank
b. Dana untuk perluasan pabrik, dana pelunasan hutang, atau dana lain yang tidak digunaka untuk keperluan modal kerja
c. Saldo di bank minimun yang disyaratkan oleh bank dlam suatu perjanjiab penarikan kredit
d. Persekot biaya perjalanan atau persekot lain kepada karyawan
C. TUJUAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP KAS
1. Memperoleh keyakinan terhadap keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan kas
2. Membuktikan keberadaan kas dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan kas yang dicantumkan di neraca
3. Membuktikan hak kepemilikan klien atas kas yang dicantumkan di neraca
4. Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca
5. Membuktikan kewajaran penilaian kas yang tercantum dineraca. Audito melakukan berbagai pengujian substantif berukut ini:
a. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran kas
b. Perhitungan terhadap kas di tangan pada tanggal neraca
c. Konfirmasi kas di bank
6. Membuktikan kewajaran panyajian dan pengungkapan kas di neraca. Auditor malakukan berbagai pengujian substantif berikut ini:
a. Prosedur audit awal
b. Pengujian analitik
c. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran kas
d. Perhitungan terhadap kas di tangan pada tanggal neraca
e. Konfirmasi kas di bank.
D. Kas dan pengaruhnya pada proses bisnis lain.
Karena sekluruh transaksi akun kas sebagai bagian dari siklus “dari awal sampai akhir” kas dipengaruhi oleh satu atau seuruh proses bisnis entitas. Walaupun sumber utama penerimaan kas adalah proses pendapatan, kas juga dapat diperoleh dengan:
a. Pendapatan
b. Penjualan aktiva tetap
c. Penerbitan utang jangka panjang
Pada umumnya, pembayaran terbesar dari proses pembelian adalah peroleh atas persediaan dan aktiva tetap.
a. Pembelian (persediaan dan aktiva tetap)
b. penggajian
c. Utang jangka pangka dan ekuitas pemegang saham.
Jenis-jenis akun bank
Untuk memaksimalkan posisi kas, entitas melaksanakan prosedur yang mempercepat penagihan penerimaan kas dan menunda pembayaran pengeluaran kas dengan prosedur tersebut dihasilkan pendapatan bungan atas kelebihan kas atau berkurangnya biaya pinjaman tunai. Berikut ini adalah jenis akun bank yang biasa digunkan:
1. Akun kas umum
Merupakan akun kas utama bagi kelayakan entitas. Sumber utama penerimaan kas untuk akun ini adalah proses pendapatan, sedangkan sumber utama pengeluaran kas adalah proses pembelian dan sumber daya manusia.
2. Akun kas impress
Berisikan sejumlah uang tertentu yang digunakan untuk tujuan terbatas. Akun impress sering kali digunakan untuk pembayaran gaji dan cek dividen. Untuk keperlan penggajian digunakan akun bank terpisah bersaldo minimum. Pengeluaran dapat dilakukan menggunakan cek atau setoran langsung.
3. Akun cabang
Akun kas cabang dapat dioperasikan dengan beberapa cara. Pada beberapa entitas, akun cabang merupakan akun impress untuk pembayaran pengeluaran cabang yang saldo minimunnya telah ditetapkan. Cabang menyerahkan laporan kas secara periodik kepada kantor pusat, dan akun cabang menerima cek atau transfer dari akun kas umum.
E. Program pengujian substantif kas
1. Prosedur audit awal terhadap kas
1) Mengusut saldo kas tercantum di neraca, ke saldo akun kas di buku besar.
Menghitung kembali saldo akun kas di buku besar:
• Saldo awal
• Ditambah jumlah pendebitan
• Dikurang jumlah pengkreditan
2) Mereview terhadap mtasi luar biasa pada akun kas
3) Mengusut saldo awal akun kas (dibuku besar) ke kertas kerja tahun lalu.
4) Mengusut posting pendebitan dan pengkreditan akun kas ke jurnal yang bersangkutan.
2. Prosedur analitik atas kas
1) Perhitungan rasio-rasio keuangan yang berkaitan dengann kas
2) Rasio-rasio membantu auditor dalam mengungkap
• Peristiwa atau transaksi yang tidak biasa
• Perubahan usaha
• Perubahan akuntansi
• Fluktuasi acak
• Salah saji
3. Pengujian terhadap transaksi rinci atas kas
1) Melakukan verifikasi pisah batas (cut off) transaksi penerimaan dan pengeluaran kas
2) Membuat daftar tranfer antar bank
3) Analisis terhadap rekonsiliasi bank 4 kolom
4) Pemeriksaan cut off kas
5) Rokonsiliasi cut off bank statemen dengan saldo kas menurut catatan klien
6) Mengusut deposit in transit
7) Memeriksa tanggal pada out standing check
8) Memeriksa not sufficient fund check (cek kosong)
9) Memeriksa kemungkinan hilangnya cek
10) Membuat daftar transfer antar bank
Memeriksa kemungkinan check kitting
Analisis terhadap rekonsiliasi bank 4 kolom
Memeriksa kemungkinan lapping
4. Pengujian terhadap saldo akun rinci atas kas
1) Titik berat pada pengujian keberadaan
• Melakukan penghitungan fisik kas
• Melakukan konfirmasi saldo kas di bank
• Meriview rokonsiliasi bank yang dibuat oleh klien
2) Penghitungan fisik kas
• Dengan work back prosedure
• Saldo kas pada tanggal penghitunngan
• Ditambah pengeluaran kas dari tanggal neraca s/d tanggal perhitungan
• Dikurang penerimaan kas dari tanggal neraca s/d tanggal perhitungan
5. Pemeriksaan atas penyajian dan pengungkapan kas
• Bank over draft (dana cerukan) pad rekening giro yang bersaldo kredit harus disajikan sebagai kewajiban
• Jumlah saldo kas dan setara kas yang disignifikan yang tidak dapat digunakan dengan bebas harus dilakukan disclosur.
F. Prosedur analitis substantif kas
Karena sifatnya yang bersisa, kas tidak memiliki hubungan yang dapat di prediksi dengan akun laporan keuangan lain. Maka prosedur analitis substantif untuk auuditi kas terbatas hanya pada perbandingan saldo kas dengan saldo tahun sebelumnya dan dengan saldo anggaran. Penggunaan terbatas dari prosedur analitis substantif ini umumnya dapat digantikan dengan:
1. Pengujian pengendalian dan atau pengujian substantif ekstensif atas transaksi penerimaan dan pengeluaran kas atau
2. Pengujian ekstensif atas rekonsiliasi bank entitas.
• Pengaruh pengendalian
Pengendalian utama yang mempengaruhi langsung audit kas adalah pembuatan rekonsiliasi bank bulanan oleh karyawan klien yang terpisah dari fungsi penanganan dan pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas. Rekonsiliasi bank tersebut memastikan bahwa saldo per buku klien mencerminkan jumlah yang sama dengan saldo bank setelah unsur-unsur yang direkonsiliasi dimasukan. Pengendalian dapat lebih baik ditingkatkan jika fungsi independence seperti auditor internal rekonsiliasi bank.
Audit akun kas umum
Untuk mengaudit akun kas, auditor harus mendapatkan dokumen-dokumen berikut ini:
1. Kertas kerja rekonsiliasi bank (bank reconciliation working paper)
Auditor biasanya mendapatkan salinan rekonsiliasi bank yang dibuat oleh karyawan klien. Pada kertas kerja dilakukan rekonsiliasi terutama adalah setoran dalam perjalanan, cek beredar, dan penyesuian lain, seperti biaya jasa bank, dan cek yang dikembalikan karena pelanggan tidak memiliki kas yang mencukupi dalam akunnya untuk membayar cek (cek kosong)
2. Bentuk konfirmasi bank standar (standar bank confirmation form)
Auditor biasanya melakukan konfirmasi atas informasi saldo akun dengan setiap bank atau lembaga keuangan dimana klien memiliki akun. Perhatikan bahwa bentuk konfirmasi ini tidak meminta karyawan bank untuk melaksanakan penyelidikan menyeluruh dan ternci atas catatan bank yang melebihi informasi akun yang diminta dalam konfirmasi. Adapun isi konfirmasi bank antara lain sebagai berikut:
• Saldo tiap jenis rekening
• Saldo tiap jenir hutang
• Aktiva yang dijadikan jaminan hutang
• Batasan terhadap rekening klien di bank
3. Pisah batas rekening koran (cut off bank statemen)
Langkah utama dalam mengaudit rekonsiliasi bank adalah melakukan verifikasi atas ketepatan unsur-unsur yang merekonsiliasi seperti setoran dalam perjalanan dan cek yang beredar. Auditor memerlukan pisah batas rekening koran untuk menguji unsur-unsur yang terdapat dalam rekonsiliasi bank.
• Menguji rekonsiliasi bank (test of the bank reconciliation)
Auditor menggunakan prosedur audit berikut untuk menguji rekonsiliasi bank:
a. Uji akurasi matematis kertas kerja rokonsiliasi dan cocokan saldo menurut buku dengan buku besar.
b. Cocokan saldo bank pada rekonsiliasi bank dengan saldo yang terdapat pada konfrmasi bank standar
c. Telusuri setoran dalam perjalanan pada rekonsiliasi bank ke pisah batas rekening koran
d. Bandingkan cek yang beredar pada kertas kerja rokonsiliasi bank dengan cek yang di batalkan pada pisah batas rekening koran, yaitu untuk nama penerima, jumlah dan endorsement
e. Cocokan setiap biaya yang terdapat pada rekening koran rekonsiliasi bank
f. Cocokan saldo buku setelah penyesuaian dengan skedul induk akun kas
g. Jurnal penerimaan dan pengeluaran kas.
G. Prosedur Rekonsiliasi Bank Yang Diperluas (Extented Bank Reconciliation Prosedur)
Dalam beberapa hal, rekonsiliasi bank akhir tahun dapat digunakan untuk menutup penyalahgunaan kas. Hal ini dilakukan dengan memanipulasi unsur yang harus dirensiliasi dalam rekonsilasi bank. Sebagai contoh, misalnya karyawan klien mencuri $5000 dari klien. Maka saldo kas klien akan lebih rendah $5000 dari yang dilaporkan di buku klien. Pada rekonsiliasi bank, kekurangan $5000 tersebut dapat “disembunyikan”. Oleh karena itu, pendekatan khusus untuk menyelidiki kemungkinan kecurangan adalah dengan memperluas prosedur audit atas rekonsiliasi bank dengan memeriksa penghapusan unsur yang harus direkonsiliasi bank bulan sebelumnya dan unsur yang harus di rekonsiliasi pada rekonsiliasi bank bulan berjalan.
H. Pembuktian Kas (Proff Of Cash)
Pembuktian kas digunakaan untuk rekonsiliasi penerimaan dan pengeluaran kas yang tercatat pada buku klien dengan kas yang disetorkan atau yang dikeluarkan dari akun bank pada suatu periode tertentu.
Pembuktian kas sering kali disebut juga sebagai pembuktian kas empat kolom. Keempat kolom terdiri atas:
• Rekonsiliasi bank di awal periode
• Rekonsiliasi antara kas yang disetorkan ke bank dengan penerimaan kas yang dicatat pada jurnal penerimaan kas
• Rekonsiliasi antara kas yang dikeluarkan dari akun bank dengan pengeluaran kas yang dicatat pada jurnal pengeluaran kas
• Rekonsiliasi bank akhir periode
I. Pengujian Untuk Kitting (Test For Kitting)
Seringkali sebuah perusahaan mempunyai rekening pada beberapa bak sekaligus. Adanya beberapa bank ini seringkali digunakan oleh klien untuk melakukan tehnik kitting dalam rangka memperbaiki assersi saldo kas. Oleh karena itu, auditor harus membuat daftar mengenai mutasi keseluruhan bank di sekitar tanggal neraca, serta mengecek kemungkinan adanya transfer antar bank sebagai modus kitting. Tehnik kitting digunakan untuk menyembunyikan adanya tindak penggelapan uang atau kelebihan kas di bank untuk saldo yang ada pada tanggal neraca. Pendekatan yang umumnya dilakukan auditor untuk pengujian kitting adalah membuat skedul transfer antar bank. Daftar transfer antar bank dibuat auditor berdasarkan informasi yang diperoleh dari laporan bank (bank statement), konfirmasi dari bank, serta informasi lain yang diperoleh. Tehnik kitting ini hanya mungkin terjadi pada perusahaan yang sistem pengendalian internnya lemah. Kelemahan dalam perusahaan ini ditunjukan dengan adanya pengaturan seorang individu dapat melakukan pengeluaran cek dan sekaligus mencatat pengeluaran cek tersebut. Hal ini berarti tidak ada pemisahan fungsi yang memadai terhadap deskripsi tugas para pejabat perusahaan. Kemungkinan lain terjadinya kitting adalah karena adanya kolusi diantara para pejabat yang terlibat dalam proses pengeluaran dan pencatatan transaksi kas tersebut. Dalam hal persekongkolan ini, biasanya sangat sulit dideteksi oleh pihak luar perusahaan. Usaha untuk mendeteksi kemungkinan adanya kitting adalah sebagai berikut:
• Buatalah cut off bank statement, dari daftar ini akan terlihat cek yang clearing ternyata tidak cocol dengan daftar cek yang masih dalam peredaran.
• Membuat cut of test, dari daftar ini akan diketahui pengeluaran terakhir sebelum tanggal neraca tidak akan dicatat dalam register cek
• Siap proff of cash
J. Pengujian Untuk Mendeteksi Lapping
Lapping merupakan tindak kecurangan dengan melakukan manipulasi penerimaan sehigga saldo kas menjadi salah saji. Kecenderungan ini berkaitan dengan proses setoran dari penagihan terhadap piutang dari para debitur. Kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan ini adalah adanya individu yang menangani dua fungsi sekaigus yaitu fungsi penerimaan kas dan pencatatan buku pembantu piutang. Dalam hal ini terjadi fungsi ganda tersebut, auditor harus segera mengantisipasi kemungkinan terjadinya lapping tersebut.
K. Audit Dana Kas Kecil
Kas kecil dibentuk dengan mentransfer sejumlah dana dari rekening kas yang digunakan untuk membiayai pengeluaran harian dalam jumlah kecil-kecil. Misalnya, dalam suatu perusahaan dibentuk dana kas kecil dengan menggunakan imprest fund. Gambaran sistem pengendalian intern terhadap transaksi kas kecil adalah:
1. Dana kas kecil harus dibatasi dalam jumlah tertentu sehingga jumlah uang tunai ditambah dengan bukti-bukti pengeluaran kas kecil sama dengan dana yang disalurkan untuk kas kecil
2. Dana kas kecil dipegang oleh satu orang saja
3. Apabila dana tidak digunakan harus disimpan dalam almari penyimpanan
4. Pembayaran melalui kas kecil harus benar-benar bernilai kecil dan harus di sertai dengan bukti yang memadai
5. Dana kas kecil tidak boleh dicampur aduk dengan penerimaan atau bentuk aktivitas lainnya.
6. Semua bukti pembayaran yang telah dilunasi atau dibayar harus diberi cap “Lunas”
7. Pengisian kembali kas kecil harus di cek, mengenai kewajaran penggunaannya oleh pejabat yang berwenang, serta di otorisasi permohonan kas kecil yang baru.
Dalam rangka pengujian substantif terhadap kas kecil harus dipertimbangkan resiko deteksi yang secara spesifik terlekat dalam sistem pengendaliannya. Pengujian dilakukan dengan cara melakukan penelaahan dokumen pendukungnya, voucher pengisian kas kecil, pencatatan transaksi penerimaan dan pengeluaran kas kecil. Perhitungan jumlah kas kecil yang masih ada ditangan biasanya dilakukan secara stimultan dengan perhitungan kas.
Kas terdiri dari uang tunai (uang logam dan uang kertas), pos wesel, certified check, cashier’ check, cek pribadi dan bank draft, serta dana yang disimpan dibank yang pengambilannya tidak dibatasi oleh bank atau perjanjian yang lain. Kas yang dicantumkan dineraca terdiri dari 2 unsur, yaitu:
Kas ditangan perusahaan, yang terdiri dari:
Penerimaan kas disetor di bank, yang berupa uang tunia, pos wesel, certified check, cashier’ check, cek pribadi dan bank draft.
Saldo kas kecil, yang berupa uang tunai yang ada di tangan pemegang dana kas kecil.
Kas di bank, yang berupa simpanan di bank berbentuk rekening giro.
Umumnya pengendalian intern yang diterapkan oleh klien terhadap kas sangat ketat karena aktiva ini mudah sekali digelapkan, dan merupakan jenis aktiva yang umumnya menjadi incaran penyelewengan.
B. Prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian kas di neraca
1. Kas yang disajikan dineraca adalah saldo kas yang ada di tangan perusahaan pada tanggal tersebut dan saldo rekening giro bank, yang pengembaliannya tidak dibatasi oleh bank atau perjanjian yang lain.
2. Kas dalam bentuk valuta asing jika di cantumkan di neraca sebesar nilai kurs yang berlaku pada tanggal neraca.
3. Unsur-unsur berikut harus disajikan secara terpisah dari unsur kas di neraca jika jumlahnya material:
a. Tabungan di bank
b. Dana untuk perluasan pabrik, dana pelunasan hutang, atau dana lain yang tidak digunaka untuk keperluan modal kerja
c. Saldo di bank minimun yang disyaratkan oleh bank dlam suatu perjanjiab penarikan kredit
d. Persekot biaya perjalanan atau persekot lain kepada karyawan
C. TUJUAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP KAS
1. Memperoleh keyakinan terhadap keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan kas
2. Membuktikan keberadaan kas dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan kas yang dicantumkan di neraca
3. Membuktikan hak kepemilikan klien atas kas yang dicantumkan di neraca
4. Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca
5. Membuktikan kewajaran penilaian kas yang tercantum dineraca. Audito melakukan berbagai pengujian substantif berukut ini:
a. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran kas
b. Perhitungan terhadap kas di tangan pada tanggal neraca
c. Konfirmasi kas di bank
6. Membuktikan kewajaran panyajian dan pengungkapan kas di neraca. Auditor malakukan berbagai pengujian substantif berikut ini:
a. Prosedur audit awal
b. Pengujian analitik
c. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran kas
d. Perhitungan terhadap kas di tangan pada tanggal neraca
e. Konfirmasi kas di bank.
D. Kas dan pengaruhnya pada proses bisnis lain.
Karena sekluruh transaksi akun kas sebagai bagian dari siklus “dari awal sampai akhir” kas dipengaruhi oleh satu atau seuruh proses bisnis entitas. Walaupun sumber utama penerimaan kas adalah proses pendapatan, kas juga dapat diperoleh dengan:
a. Pendapatan
b. Penjualan aktiva tetap
c. Penerbitan utang jangka panjang
Pada umumnya, pembayaran terbesar dari proses pembelian adalah peroleh atas persediaan dan aktiva tetap.
a. Pembelian (persediaan dan aktiva tetap)
b. penggajian
c. Utang jangka pangka dan ekuitas pemegang saham.
Jenis-jenis akun bank
Untuk memaksimalkan posisi kas, entitas melaksanakan prosedur yang mempercepat penagihan penerimaan kas dan menunda pembayaran pengeluaran kas dengan prosedur tersebut dihasilkan pendapatan bungan atas kelebihan kas atau berkurangnya biaya pinjaman tunai. Berikut ini adalah jenis akun bank yang biasa digunkan:
1. Akun kas umum
Merupakan akun kas utama bagi kelayakan entitas. Sumber utama penerimaan kas untuk akun ini adalah proses pendapatan, sedangkan sumber utama pengeluaran kas adalah proses pembelian dan sumber daya manusia.
2. Akun kas impress
Berisikan sejumlah uang tertentu yang digunakan untuk tujuan terbatas. Akun impress sering kali digunakan untuk pembayaran gaji dan cek dividen. Untuk keperlan penggajian digunakan akun bank terpisah bersaldo minimum. Pengeluaran dapat dilakukan menggunakan cek atau setoran langsung.
3. Akun cabang
Akun kas cabang dapat dioperasikan dengan beberapa cara. Pada beberapa entitas, akun cabang merupakan akun impress untuk pembayaran pengeluaran cabang yang saldo minimunnya telah ditetapkan. Cabang menyerahkan laporan kas secara periodik kepada kantor pusat, dan akun cabang menerima cek atau transfer dari akun kas umum.
E. Program pengujian substantif kas
1. Prosedur audit awal terhadap kas
1) Mengusut saldo kas tercantum di neraca, ke saldo akun kas di buku besar.
Menghitung kembali saldo akun kas di buku besar:
• Saldo awal
• Ditambah jumlah pendebitan
• Dikurang jumlah pengkreditan
2) Mereview terhadap mtasi luar biasa pada akun kas
3) Mengusut saldo awal akun kas (dibuku besar) ke kertas kerja tahun lalu.
4) Mengusut posting pendebitan dan pengkreditan akun kas ke jurnal yang bersangkutan.
2. Prosedur analitik atas kas
1) Perhitungan rasio-rasio keuangan yang berkaitan dengann kas
2) Rasio-rasio membantu auditor dalam mengungkap
• Peristiwa atau transaksi yang tidak biasa
• Perubahan usaha
• Perubahan akuntansi
• Fluktuasi acak
• Salah saji
3. Pengujian terhadap transaksi rinci atas kas
1) Melakukan verifikasi pisah batas (cut off) transaksi penerimaan dan pengeluaran kas
2) Membuat daftar tranfer antar bank
3) Analisis terhadap rekonsiliasi bank 4 kolom
4) Pemeriksaan cut off kas
5) Rokonsiliasi cut off bank statemen dengan saldo kas menurut catatan klien
6) Mengusut deposit in transit
7) Memeriksa tanggal pada out standing check
8) Memeriksa not sufficient fund check (cek kosong)
9) Memeriksa kemungkinan hilangnya cek
10) Membuat daftar transfer antar bank
Memeriksa kemungkinan check kitting
Analisis terhadap rekonsiliasi bank 4 kolom
Memeriksa kemungkinan lapping
4. Pengujian terhadap saldo akun rinci atas kas
1) Titik berat pada pengujian keberadaan
• Melakukan penghitungan fisik kas
• Melakukan konfirmasi saldo kas di bank
• Meriview rokonsiliasi bank yang dibuat oleh klien
2) Penghitungan fisik kas
• Dengan work back prosedure
• Saldo kas pada tanggal penghitunngan
• Ditambah pengeluaran kas dari tanggal neraca s/d tanggal perhitungan
• Dikurang penerimaan kas dari tanggal neraca s/d tanggal perhitungan
5. Pemeriksaan atas penyajian dan pengungkapan kas
• Bank over draft (dana cerukan) pad rekening giro yang bersaldo kredit harus disajikan sebagai kewajiban
• Jumlah saldo kas dan setara kas yang disignifikan yang tidak dapat digunakan dengan bebas harus dilakukan disclosur.
F. Prosedur analitis substantif kas
Karena sifatnya yang bersisa, kas tidak memiliki hubungan yang dapat di prediksi dengan akun laporan keuangan lain. Maka prosedur analitis substantif untuk auuditi kas terbatas hanya pada perbandingan saldo kas dengan saldo tahun sebelumnya dan dengan saldo anggaran. Penggunaan terbatas dari prosedur analitis substantif ini umumnya dapat digantikan dengan:
1. Pengujian pengendalian dan atau pengujian substantif ekstensif atas transaksi penerimaan dan pengeluaran kas atau
2. Pengujian ekstensif atas rekonsiliasi bank entitas.
• Pengaruh pengendalian
Pengendalian utama yang mempengaruhi langsung audit kas adalah pembuatan rekonsiliasi bank bulanan oleh karyawan klien yang terpisah dari fungsi penanganan dan pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas. Rekonsiliasi bank tersebut memastikan bahwa saldo per buku klien mencerminkan jumlah yang sama dengan saldo bank setelah unsur-unsur yang direkonsiliasi dimasukan. Pengendalian dapat lebih baik ditingkatkan jika fungsi independence seperti auditor internal rekonsiliasi bank.
Audit akun kas umum
Untuk mengaudit akun kas, auditor harus mendapatkan dokumen-dokumen berikut ini:
1. Kertas kerja rekonsiliasi bank (bank reconciliation working paper)
Auditor biasanya mendapatkan salinan rekonsiliasi bank yang dibuat oleh karyawan klien. Pada kertas kerja dilakukan rekonsiliasi terutama adalah setoran dalam perjalanan, cek beredar, dan penyesuian lain, seperti biaya jasa bank, dan cek yang dikembalikan karena pelanggan tidak memiliki kas yang mencukupi dalam akunnya untuk membayar cek (cek kosong)
2. Bentuk konfirmasi bank standar (standar bank confirmation form)
Auditor biasanya melakukan konfirmasi atas informasi saldo akun dengan setiap bank atau lembaga keuangan dimana klien memiliki akun. Perhatikan bahwa bentuk konfirmasi ini tidak meminta karyawan bank untuk melaksanakan penyelidikan menyeluruh dan ternci atas catatan bank yang melebihi informasi akun yang diminta dalam konfirmasi. Adapun isi konfirmasi bank antara lain sebagai berikut:
• Saldo tiap jenis rekening
• Saldo tiap jenir hutang
• Aktiva yang dijadikan jaminan hutang
• Batasan terhadap rekening klien di bank
3. Pisah batas rekening koran (cut off bank statemen)
Langkah utama dalam mengaudit rekonsiliasi bank adalah melakukan verifikasi atas ketepatan unsur-unsur yang merekonsiliasi seperti setoran dalam perjalanan dan cek yang beredar. Auditor memerlukan pisah batas rekening koran untuk menguji unsur-unsur yang terdapat dalam rekonsiliasi bank.
• Menguji rekonsiliasi bank (test of the bank reconciliation)
Auditor menggunakan prosedur audit berikut untuk menguji rekonsiliasi bank:
a. Uji akurasi matematis kertas kerja rokonsiliasi dan cocokan saldo menurut buku dengan buku besar.
b. Cocokan saldo bank pada rekonsiliasi bank dengan saldo yang terdapat pada konfrmasi bank standar
c. Telusuri setoran dalam perjalanan pada rekonsiliasi bank ke pisah batas rekening koran
d. Bandingkan cek yang beredar pada kertas kerja rokonsiliasi bank dengan cek yang di batalkan pada pisah batas rekening koran, yaitu untuk nama penerima, jumlah dan endorsement
e. Cocokan setiap biaya yang terdapat pada rekening koran rekonsiliasi bank
f. Cocokan saldo buku setelah penyesuaian dengan skedul induk akun kas
g. Jurnal penerimaan dan pengeluaran kas.
G. Prosedur Rekonsiliasi Bank Yang Diperluas (Extented Bank Reconciliation Prosedur)
Dalam beberapa hal, rekonsiliasi bank akhir tahun dapat digunakan untuk menutup penyalahgunaan kas. Hal ini dilakukan dengan memanipulasi unsur yang harus dirensiliasi dalam rekonsilasi bank. Sebagai contoh, misalnya karyawan klien mencuri $5000 dari klien. Maka saldo kas klien akan lebih rendah $5000 dari yang dilaporkan di buku klien. Pada rekonsiliasi bank, kekurangan $5000 tersebut dapat “disembunyikan”. Oleh karena itu, pendekatan khusus untuk menyelidiki kemungkinan kecurangan adalah dengan memperluas prosedur audit atas rekonsiliasi bank dengan memeriksa penghapusan unsur yang harus direkonsiliasi bank bulan sebelumnya dan unsur yang harus di rekonsiliasi pada rekonsiliasi bank bulan berjalan.
H. Pembuktian Kas (Proff Of Cash)
Pembuktian kas digunakaan untuk rekonsiliasi penerimaan dan pengeluaran kas yang tercatat pada buku klien dengan kas yang disetorkan atau yang dikeluarkan dari akun bank pada suatu periode tertentu.
Pembuktian kas sering kali disebut juga sebagai pembuktian kas empat kolom. Keempat kolom terdiri atas:
• Rekonsiliasi bank di awal periode
• Rekonsiliasi antara kas yang disetorkan ke bank dengan penerimaan kas yang dicatat pada jurnal penerimaan kas
• Rekonsiliasi antara kas yang dikeluarkan dari akun bank dengan pengeluaran kas yang dicatat pada jurnal pengeluaran kas
• Rekonsiliasi bank akhir periode
I. Pengujian Untuk Kitting (Test For Kitting)
Seringkali sebuah perusahaan mempunyai rekening pada beberapa bak sekaligus. Adanya beberapa bank ini seringkali digunakan oleh klien untuk melakukan tehnik kitting dalam rangka memperbaiki assersi saldo kas. Oleh karena itu, auditor harus membuat daftar mengenai mutasi keseluruhan bank di sekitar tanggal neraca, serta mengecek kemungkinan adanya transfer antar bank sebagai modus kitting. Tehnik kitting digunakan untuk menyembunyikan adanya tindak penggelapan uang atau kelebihan kas di bank untuk saldo yang ada pada tanggal neraca. Pendekatan yang umumnya dilakukan auditor untuk pengujian kitting adalah membuat skedul transfer antar bank. Daftar transfer antar bank dibuat auditor berdasarkan informasi yang diperoleh dari laporan bank (bank statement), konfirmasi dari bank, serta informasi lain yang diperoleh. Tehnik kitting ini hanya mungkin terjadi pada perusahaan yang sistem pengendalian internnya lemah. Kelemahan dalam perusahaan ini ditunjukan dengan adanya pengaturan seorang individu dapat melakukan pengeluaran cek dan sekaligus mencatat pengeluaran cek tersebut. Hal ini berarti tidak ada pemisahan fungsi yang memadai terhadap deskripsi tugas para pejabat perusahaan. Kemungkinan lain terjadinya kitting adalah karena adanya kolusi diantara para pejabat yang terlibat dalam proses pengeluaran dan pencatatan transaksi kas tersebut. Dalam hal persekongkolan ini, biasanya sangat sulit dideteksi oleh pihak luar perusahaan. Usaha untuk mendeteksi kemungkinan adanya kitting adalah sebagai berikut:
• Buatalah cut off bank statement, dari daftar ini akan terlihat cek yang clearing ternyata tidak cocol dengan daftar cek yang masih dalam peredaran.
• Membuat cut of test, dari daftar ini akan diketahui pengeluaran terakhir sebelum tanggal neraca tidak akan dicatat dalam register cek
• Siap proff of cash
J. Pengujian Untuk Mendeteksi Lapping
Lapping merupakan tindak kecurangan dengan melakukan manipulasi penerimaan sehigga saldo kas menjadi salah saji. Kecenderungan ini berkaitan dengan proses setoran dari penagihan terhadap piutang dari para debitur. Kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan ini adalah adanya individu yang menangani dua fungsi sekaigus yaitu fungsi penerimaan kas dan pencatatan buku pembantu piutang. Dalam hal ini terjadi fungsi ganda tersebut, auditor harus segera mengantisipasi kemungkinan terjadinya lapping tersebut.
K. Audit Dana Kas Kecil
Kas kecil dibentuk dengan mentransfer sejumlah dana dari rekening kas yang digunakan untuk membiayai pengeluaran harian dalam jumlah kecil-kecil. Misalnya, dalam suatu perusahaan dibentuk dana kas kecil dengan menggunakan imprest fund. Gambaran sistem pengendalian intern terhadap transaksi kas kecil adalah:
1. Dana kas kecil harus dibatasi dalam jumlah tertentu sehingga jumlah uang tunai ditambah dengan bukti-bukti pengeluaran kas kecil sama dengan dana yang disalurkan untuk kas kecil
2. Dana kas kecil dipegang oleh satu orang saja
3. Apabila dana tidak digunakan harus disimpan dalam almari penyimpanan
4. Pembayaran melalui kas kecil harus benar-benar bernilai kecil dan harus di sertai dengan bukti yang memadai
5. Dana kas kecil tidak boleh dicampur aduk dengan penerimaan atau bentuk aktivitas lainnya.
6. Semua bukti pembayaran yang telah dilunasi atau dibayar harus diberi cap “Lunas”
7. Pengisian kembali kas kecil harus di cek, mengenai kewajaran penggunaannya oleh pejabat yang berwenang, serta di otorisasi permohonan kas kecil yang baru.
Dalam rangka pengujian substantif terhadap kas kecil harus dipertimbangkan resiko deteksi yang secara spesifik terlekat dalam sistem pengendaliannya. Pengujian dilakukan dengan cara melakukan penelaahan dokumen pendukungnya, voucher pengisian kas kecil, pencatatan transaksi penerimaan dan pengeluaran kas kecil. Perhitungan jumlah kas kecil yang masih ada ditangan biasanya dilakukan secara stimultan dengan perhitungan kas.
Langganan:
Postingan (Atom)