Senin, 05 Juli 2010

FOKUS PADA KELEBIHAN DIRI

“Anak-anak, coba tulliskan 3 kelebihanmu!” kata seorang guru yang hari itu jadi pembimbing rethreat bagi anak-anak sekolah dasar.
Menit demi menit berlalu, namun anak-anak itu seakan masih bingung.
Dengan setengah berakting, sang guru kemudian bersuara keras:
“Ayo tuliskan! Kalau tidaka, kertas kalian saya sobek!”
Anak-anak manis itu seketika menjadi salah tingkah.
Beberapa diantara mereka memang mulai tampak menulis. Salah satu diantara mereka menulis di atas kertas, “kadang-kadang nurutin kata ibu, kadang-kadang bantu ibu, kadang-kadang nyuapin adik makan.”
Penuh rasa penasaran, sang guru bertanya kepadanya: “Kenapa tulisnya kadang-kadang?”
Dengan wajah penuh keluguan, sang bocah hanya berkata: “Emang Cuma kadang-kadang, pak guru!”
Ketika semua anak telah menuliskan kelebihan dirinya, sang guru kemudian melanjutkan instruksi berikutnya: “Sekarang anak-anak, coba tuliskan tiga kelemahanmu, atau hal-hal yang buruk pada dirimu.”
Seketika ruangan kelas menjadi gaduh. Anak-anak tampak bersemangat. Salah satu dari mereka angkat tangan dan bertanya: “Tiga saja pak guru?”
“Ya tiga saja!” jawab pak guru.
Anak tadi langsung menyambung: “Pak guru, jangan tiga, sepuluh juga bisa!”
Apa pelajarn yang bisa kita petik dari cerita sederhana itu? Saya menangkap setidaknya ada bebrapa hal penting yang bisa kita pelajari. Salah satunya, kita sering tidak menyadairi apa kelebihan diri kita karena lingkungan dan orang-orang disekitar kita lebih sering mengkomunikasikan kepada kita tentang kejelekan dan kekurangan diri kita.
Baru-baru ini saya dan keponakan menyaksikan disebuah televisi swasta pertunjukan seni dari para penyandang cacat. Kami benar-benar terharu. Ada orang buta yang bergitu piawai bermain piano atau kecapi. Pria tanpa lengan atau wanita muda tuli dapat menari dengan begitu indahnya. “Hebat ya Ammah! Kok dia bisa nari sebagus itu, padahal kan dia tuli?” gumam keponakan kecilku. Benar juga ya? Dia bisa menari dengan penuh penghayatan, bagaimana dia bisa menari mengikuti irama lagu dengan sangat tepat? Pikir ku terkagum-kagum melihatnya.
Seorang pria buta yang menyanyi dengan nada merdu sempat berkata, “Saudaraku, saya memiliki dua mata seperti Anda. Namun yang ada di depan saya hanyalah kegelapan. Ibu saya mengatakan saya bisa bernyanyi, dan ia memberi saya semangat untuk bernyanyi.”
Benarlah apa yang dikatakan Alexander Graham Bell: “setelah satu pintu tertutup, pintu lainnya terbuka, tetapi kerap kita terlalu lama memandangi dan menyesali pintu yang telah tertutup, sehingga kita tidak melihat pintu yang telah dibuka bagi kita.”
Fokus perhatian pada kelebihan kita dan bukan pada kekurangan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar