Demam piala dunia tengah membumi di hampir seluruh belahan dunia. Berbagai perayaan dan atribut pendukung menyambut kedatangannya telah dipersiapkan, bahkan sejak setahun lalu. Padahal Indonesia bukanlah salah satu Negara yang ikut serta dalam even besar empat tahunan tersebut, tetapi rasanya kegembiraannya tak kalah seru dibanding Negara-negara peserta turnamen tersebut. Ada yang rela membeli tiket dengan harga jutaan rupiah sejak awal, bahkan disaat tiket baru akan diumumkan sebelum dikeluarkan. Kayak saham aja ya yang bisa dipesan dimuka?! Padahal baru rencana dikeluarkan…
Kegembiraan itu juga di rasakankan dilingkungan sekitar rumahku, dari mulai kakek-kakek, bapak-bapak, anak muda, remaja bahkan anak es-de. Tak terkecuali Mahesa kecil ku yang baru berusia 4 tahun. Dia sangat bersemangat menyambut datangnya moment piala dunia tersebut.
“Echa pegang Spanyol amah pegang sapa?” tanyanya pada ku.
“Amah jagoin MU aja deh!” jawabku asal-asalan.
“Ah amaaaah itu mah bukan piala dunia tapi liga Inggris…” rajuknya kecewa melihat ku yang tidak serius. Aku hanya senyum-senyum melihat tingkahnya.
“Amah gat tauk harus pilih yang mana, semuanya bagus-bagus, karena mereka pasti sudah melewati proses pemilihan yang sangat ketat untuk bisa lolos sebagai peserta kan cha? Trus Amah harus pilih yang mana?” tanyaku bingung.
“Amah pilih Inggris aja ya?” tukasnya. Kali ini aku hanya mengangguk tanda setuju dengan pilihannya, meski aku tahu permainan Inggris bisa jadi pemain terburuk yang pernah aku lihat di musim piala dunia 2006 lalu. Tapi sudahlah, demi menyenangkan hati keponakanku. Tak lupa dia pun minta dibelikan segala macam atribut sepakbola seperti teman-teman besarnya. Bahkan minta dibelikan kaus The Jak dan segala aksesorisnya. Lah ngga nyambung de… The Jak gak ikutan piala dunia kan? “Kita kan juga harus nasionalisme amah… kilahnya. Dasar anak sudah banyak kemakan televisi beginilah jadinya.
Minggu pertama pembukaan turnamen, ayahnya Mahesa harus masuk malam dan tidak bisa menemaninya menonton acara yang ditunggu-tunggunya. Dengan mata memelas dan penuh harap dia mendatangiku sambil merajuk memintaku menemaninya menonton piala dunia yang sangat ingin di tontonnya. Maklumlah ini ada even besar pertamanya. Tapi dengan halus aku menolaknya dengan alasan besok pagi aku harus bangun pagi dan bekerja, belum lagi malamnya harus kuliah, jadi tidak bisa menemaninya menonton pertandingan.
Wajah penuh kekecewaan meliputinya sambil berjalan gontai keluar dari kamarku. Tapi dia tidak kehabisan akal. Dia mengajakku menonton pertandingan sore dan malam saja tidak pertandingan tengah malam meskipun dia sangat ingin menyaksikannya sendiri. Akhirnya aku harus menyetujui permintaannya kali ini. Karena itu bukan waktu sibukku. Dengan sangat antusias dia menyaksikan pertandingan yang sedang berlangsung di hari pertama, aku lupa siapa yang bertanding saat itu, yang pasti setiap ada bola yang nyaris masuk kegawang dia berteriak sangat histeris dan di gawang manapun bola di alihkan, disanalah dia akan meneriakan gooooooool!!! Seru, lucu, asyik! Lebih asyik dari pada saat aku bermain playstation dengan adikku. Sekantung besar cemilan kami persiapkan, sebuah bantal berbentuk hati dan sebuah guling kecil lapuk teman tidurnya juga tak lupa diletakan didekatnya. Setiap kali ada waktu jeda baru dia memasukkan kripik atau pop corn manis ke mulutnya. Selebihnya dia hanya membuka mulut untuk berteriak “aaaaaarrrrrgggghhhh….” Atau “yaaaaaaaaahhhhh!!!” dan segala jenis seruan manis lainnya.
Dengan heran aku masih saja duduk di dekatnya menemani menonton, meski aku tidak terlalu antusias melihat pertandingannya, hanya ingin melihat polah Mahesa kecilku ini. Setelah perjalanan babak 45 menit pertama berakhir dengan skor sekian… aku lupa… echa menghela nafas dan menyenderkan kepala di atas bantal hatinya sembari memeluk guling lapuknya dan meminta botol susu yang memang telah aku persiapkan sebelumnya. Karena takut nanti dia mengamuk jika tidak ada susu. Ini sudah lewat 1 jam dari jam tidurnya yang seharusnya, hanya untuk menonton pertandingan ini dia harus rela mengurangi jam tidur. Tak selang beberapa menit kemudian saat kulirikan mata kearahnya, aku melihatnya sudah terlelap dalam dekapan mimpi.
Ya Allah… ternyata dia memang masih Mahesa kecilku yang tak pernah lenyap lucunya. Fitrahnya tidur jam 8 dan sekarang memang waktunya tidur. Matanyapun sudah tahu ini waktunya dia beristirahat. Tubuhnya tak mampu mengalahkan keingintahuannya menyaksikan setiap pertandingan sampai selesai.
Aku pun terpaksa harus mengangkatnya masuk ke kamarku. Dan juga beranjak untuk beristirahat, memenuhi fitrah tubuhku juga.
Masih ada banyak tanya dalam benakku, bagaimana orang-orang disana begitu mudah bangun di tengah malam hanya untuk menonton sebuah pertandingan-yang menurutku tak ada manfaatnya- hanya membuang waktu dan tenaga. Tapi sulit sekali bagi mereka untuk membuka mata dan beranjak dari tempat tidurnya untuk sekedar shalat subuh, atau dengan mereka bangun tengah malam. Adakah keinginan mereka untuk sejenak mengambil wudhu dan shalat sejenak dua rakaat saja? Hanya sedikit yang melakukan hal itu, lainnya sudah sibuk duduk manis di depan televisi masing-masing meskipun pertandingan baru akan dimulai satu jam lagi, mereka cukup merasa nyaman dengan hanya mendengarkan kualifikasi-kualifikasi dan rencana yang akan di pakai untuk pertandingan nanti. Aduh yang lebih parahnya ada beberapa orang yang rasanya senang luar biasa melihat Negara jagoannya bisa memenangkan pertandingan, padahal… padahal nih ya… kalau pun mereka menang apakah akan berdampak pada kita? Tidak kan?
Kecuali orang-orang yang sengaja memanfaatkan momen ini untuk melakukan maksiat sebesar-besarnya dengan menggunakannya sebagai ajang taruhan. Ingat ya saudaraku… ITU HARAM HUKUMNYA… (jiyaaa sok ngasih tahu...)
Kegembiraan itu juga di rasakankan dilingkungan sekitar rumahku, dari mulai kakek-kakek, bapak-bapak, anak muda, remaja bahkan anak es-de. Tak terkecuali Mahesa kecil ku yang baru berusia 4 tahun. Dia sangat bersemangat menyambut datangnya moment piala dunia tersebut.
“Echa pegang Spanyol amah pegang sapa?” tanyanya pada ku.
“Amah jagoin MU aja deh!” jawabku asal-asalan.
“Ah amaaaah itu mah bukan piala dunia tapi liga Inggris…” rajuknya kecewa melihat ku yang tidak serius. Aku hanya senyum-senyum melihat tingkahnya.
“Amah gat tauk harus pilih yang mana, semuanya bagus-bagus, karena mereka pasti sudah melewati proses pemilihan yang sangat ketat untuk bisa lolos sebagai peserta kan cha? Trus Amah harus pilih yang mana?” tanyaku bingung.
“Amah pilih Inggris aja ya?” tukasnya. Kali ini aku hanya mengangguk tanda setuju dengan pilihannya, meski aku tahu permainan Inggris bisa jadi pemain terburuk yang pernah aku lihat di musim piala dunia 2006 lalu. Tapi sudahlah, demi menyenangkan hati keponakanku. Tak lupa dia pun minta dibelikan segala macam atribut sepakbola seperti teman-teman besarnya. Bahkan minta dibelikan kaus The Jak dan segala aksesorisnya. Lah ngga nyambung de… The Jak gak ikutan piala dunia kan? “Kita kan juga harus nasionalisme amah… kilahnya. Dasar anak sudah banyak kemakan televisi beginilah jadinya.
Minggu pertama pembukaan turnamen, ayahnya Mahesa harus masuk malam dan tidak bisa menemaninya menonton acara yang ditunggu-tunggunya. Dengan mata memelas dan penuh harap dia mendatangiku sambil merajuk memintaku menemaninya menonton piala dunia yang sangat ingin di tontonnya. Maklumlah ini ada even besar pertamanya. Tapi dengan halus aku menolaknya dengan alasan besok pagi aku harus bangun pagi dan bekerja, belum lagi malamnya harus kuliah, jadi tidak bisa menemaninya menonton pertandingan.
Wajah penuh kekecewaan meliputinya sambil berjalan gontai keluar dari kamarku. Tapi dia tidak kehabisan akal. Dia mengajakku menonton pertandingan sore dan malam saja tidak pertandingan tengah malam meskipun dia sangat ingin menyaksikannya sendiri. Akhirnya aku harus menyetujui permintaannya kali ini. Karena itu bukan waktu sibukku. Dengan sangat antusias dia menyaksikan pertandingan yang sedang berlangsung di hari pertama, aku lupa siapa yang bertanding saat itu, yang pasti setiap ada bola yang nyaris masuk kegawang dia berteriak sangat histeris dan di gawang manapun bola di alihkan, disanalah dia akan meneriakan gooooooool!!! Seru, lucu, asyik! Lebih asyik dari pada saat aku bermain playstation dengan adikku. Sekantung besar cemilan kami persiapkan, sebuah bantal berbentuk hati dan sebuah guling kecil lapuk teman tidurnya juga tak lupa diletakan didekatnya. Setiap kali ada waktu jeda baru dia memasukkan kripik atau pop corn manis ke mulutnya. Selebihnya dia hanya membuka mulut untuk berteriak “aaaaaarrrrrgggghhhh….” Atau “yaaaaaaaaahhhhh!!!” dan segala jenis seruan manis lainnya.
Dengan heran aku masih saja duduk di dekatnya menemani menonton, meski aku tidak terlalu antusias melihat pertandingannya, hanya ingin melihat polah Mahesa kecilku ini. Setelah perjalanan babak 45 menit pertama berakhir dengan skor sekian… aku lupa… echa menghela nafas dan menyenderkan kepala di atas bantal hatinya sembari memeluk guling lapuknya dan meminta botol susu yang memang telah aku persiapkan sebelumnya. Karena takut nanti dia mengamuk jika tidak ada susu. Ini sudah lewat 1 jam dari jam tidurnya yang seharusnya, hanya untuk menonton pertandingan ini dia harus rela mengurangi jam tidur. Tak selang beberapa menit kemudian saat kulirikan mata kearahnya, aku melihatnya sudah terlelap dalam dekapan mimpi.
Ya Allah… ternyata dia memang masih Mahesa kecilku yang tak pernah lenyap lucunya. Fitrahnya tidur jam 8 dan sekarang memang waktunya tidur. Matanyapun sudah tahu ini waktunya dia beristirahat. Tubuhnya tak mampu mengalahkan keingintahuannya menyaksikan setiap pertandingan sampai selesai.
Aku pun terpaksa harus mengangkatnya masuk ke kamarku. Dan juga beranjak untuk beristirahat, memenuhi fitrah tubuhku juga.
Masih ada banyak tanya dalam benakku, bagaimana orang-orang disana begitu mudah bangun di tengah malam hanya untuk menonton sebuah pertandingan-yang menurutku tak ada manfaatnya- hanya membuang waktu dan tenaga. Tapi sulit sekali bagi mereka untuk membuka mata dan beranjak dari tempat tidurnya untuk sekedar shalat subuh, atau dengan mereka bangun tengah malam. Adakah keinginan mereka untuk sejenak mengambil wudhu dan shalat sejenak dua rakaat saja? Hanya sedikit yang melakukan hal itu, lainnya sudah sibuk duduk manis di depan televisi masing-masing meskipun pertandingan baru akan dimulai satu jam lagi, mereka cukup merasa nyaman dengan hanya mendengarkan kualifikasi-kualifikasi dan rencana yang akan di pakai untuk pertandingan nanti. Aduh yang lebih parahnya ada beberapa orang yang rasanya senang luar biasa melihat Negara jagoannya bisa memenangkan pertandingan, padahal… padahal nih ya… kalau pun mereka menang apakah akan berdampak pada kita? Tidak kan?
Kecuali orang-orang yang sengaja memanfaatkan momen ini untuk melakukan maksiat sebesar-besarnya dengan menggunakannya sebagai ajang taruhan. Ingat ya saudaraku… ITU HARAM HUKUMNYA… (jiyaaa sok ngasih tahu...)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar