Jumat, 06 Mei 2011

sejarah antropologi

PENGANTAR ANTROPOLOGI
Pengertian
Antropologi berasal dari kata Yunani άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.
Antropologi memiliki dua sisi holistik dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiaannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan pada perbandingan/perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak diperdebatkan dan menjadi kontroversi sehingga metode antropologi sekarang seringkali dilakukan pada pemusatan penelitian pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal.
Definisi Antropologi menurut para ahli
• William A. Havilland: Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
• David Hunter:Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia.
• Koentjaraningrat: Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
Dari definisi-definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana antropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Dengan, demikain antropologi merupakan hal yang mempelajari seluk-beluk yang terjadi dalam kehidupan manusia.Dapat dilihat dari perkembang pada masa saat ini, yang merupakan salah dari fenomena- fenomena yang terjadi ditengah- tengah masyarakat sekarang.






Sejarah
Seperti halnya sosiologi, antropologi sebagai sebuah ilmu juga mengalami tahapan-tahapan dalam perkembangannya.
Koentjaraninggrat menyusun perkembangan ilmu Antropologi menjadi empat fase sebagai berikut:
Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an)


Manusia dan kebudayaannya, sebagai bahan kajian Antropologi.
Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal dengan bahan etnografi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.
Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.
Fase Kedua (tahun 1800-an)
Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangan-karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. masyarakat dan kebudayaan berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama. Mereka menganggap bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif yang tertinggal, dan menganggap Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya
Pada fase ini, Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
Fase Ketiga (awal abad ke-20)
Pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di benua lain seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka membangun koloni-koloni tersebut, muncul berbagai kendala seperti serangan dari bangsa asli, pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lain. Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha mencari-cari kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukannya. Untuk itulah mereka mulai mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku bangsa di luar Eropa, mempelajari kebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah kolonial.
Fase Keempat (setelah tahun 1930-an)
Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-kebudayaan suku bangsa asli yang di jajah bangsa Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh kebudayaan bangsa Eropa.
Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II. Perang ini membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian besar negara-negara di dunia kepada kehancuran total. Kehancuran itu menghasilkan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kesengsaraan yang tak berujung.
Namun pada saat itu juga, muncul semangat nasionalisme bangsa-bangsa yang dijajah Eropa untuk keluar dari belenggu penjajahan. Sebagian dari bangsa-bangsa tersebut berhasil mereka. Namun banyak masyarakatnya yang masih memendam dendam terhadap bangsa Eropa yang telah menjajah mereka selama bertahun-tahun.
Proses-proses perubahan tersebut menyebabkan perhatian ilmu antropologi tidak lagi ditujukan kepada penduduk pedesaan di luar Eropa, tetapi juga kepada suku bangsa di daerah pedalaman Eropa seperti suku bangsa Soami, Flam dan Lapp.

masyarakat

UNSUR-UNSUR MASYARKAT
Adanya bermacam-macam wujud kesatuan kolektif manusia menyebabkan bahwa kita memerlukan beberapa istilah untuk mambeda-bedakan berbagai macam kesatuan manusia tadi. Kecuali istilah yang paling lazim, yaitu masyarakat, adalah istilah-istilah khusus untuk menyebut kesatuan-kesatuan khusus yang merupakan unsur-unsur dari masyarakat, yaitu katagori sosial, komunitas, kelompok,dan perkumpulan. Keenam istilah tersebut itu beserta konsepnya, sarat pengikatnya, serta ciri –ciri lainya, kita akan tinjau lebih dalam dibawah ini.
Masyrakat memang sekumpulan manusia yang sering “bergaul”, atau dangan istlah ilmiah “berinteraksi”. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai praasarana melalui apa warganya dapat saling berinteraksi. Adanya prasarana untuk berinterksi memang menyebabkan bahwa warga dari suatu kolektif manusia untuk akan saling berinteraksi; sabaliknya, adanya hanya suatu potensi untuk beriteraksi saja belum berarti warga dari sesuatu kesatuan itu benar-benar beriteraksi. Namun tidak semua kesatuan masyarakat yang bergaul disebut masyarakat. Karana suatu masyarakat harus mempunyai suatu ikatan yang khusus. Misalnya sekumoulan orag mengerumuni tukang jamu dipinggir jalan tidak bisa disebut masyarakat karena mereka berinteraksi secara terbatas, mereka tidak mempunyai suatu ikatan kecuali ikatan brupa perhatian terhadap tukang jamu tersebut.
Ikatan yang membuat manusia itu menjadi suatu masyarakat yaitu tingkah laku yang khas mengenai semua faktor kehidupan dalam batas suatu kesatuan itu. Pola itu juga harus bersifat kontinyu, dengan kata lain pola itu harus sudah menjadii kebiasaan atau menjadi adat istiadat yang khas. Selain adat istiadat manusia juga harus mempuanyai ciri lain yaitu rasa idantitas diantara para warga atau anggotanya.
Sebaliknya suatu negara, suatu kota, suatu desa, yang mempunyai ciri sepeti intraksi antar warganya, adat istiadat, norma-norma, hukum, dan aturan khas yang mengatur seluruh pola tingkah laku warga negara, kota atau desa suatu kontiunitas dalam waktu dan suatu rasa identitas yang kuat yang mengikat semua warga, itulah sebabnya suatu negara bisa kita sebut sebagai masyarakat.
Dengan memperhatikan ciri-ciri diatas maka devinisi masyarakat secara khusus adalah kesatuan hidup manusia yang beriteraksi dengan suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat dengan identitas bersama. Devinisi tersebut separti yang dijelaskan oleh Gillin dan Gillin “the largest grouping in wich common coustoms, tradision, attitudes and feallings of unitiy are operative”. Dalam bukunya yang berjudul cultural sociology.
Katagori sosial, masyarakat sabagai suatu kolektif manusia yang sangat umum sifatnya, mengandung kasataun-kesatuan yang lebih khusus sifatnya, tetapi yang blum tentu mempunyai sarat-sarat pengikat yang sama dengan suatu masyarakat. Katagori sosial adalah kesatuan manusia yang terwujud kan karena adanya suatu ciri atau kompleks ciriciri objektif yang sangat dikenankan oleh pihak dari luar katagori sosial itu sendiri tanpa disadari oleh yang bersangkutan, dengan suatu maksud praktis tertentu. Miasalnya masyarakat suatu negara ditentukan oleh hukumnya bahwa ada kata gori warga diatas 18th, dengan katgori dibawah 18th dengan maksud untuk membedakan warganegara yang mempunyai hak pilih dan warga negara yang tidak mepunyai hak untuk memilih dalam pemilahan umum.
Golongan sosial, berbeda dengan konsep kata gori sosial terurai diatas, ada konsep lain yaitu golongan sosial. Suatu golngan sosial juga merupakan suatu kesatuan manusia yang ditandai oleh suatu ciri tertentu, bahkan seringkali ciri itu juga dikenakan kepada mereka oleh pihak luar kalangan itu sendiri. Walaupun demikian, sutu kesataun manusia yang kita sabut golongan sosial itu mempunyai ikatan identitas sosial.
Golongan pemuda, golongan sosial ini terdiri dari manusia yang oleh pihak luar disatukan berdasarkan atas suatu ciri yaitu “sifat muda”. Namun ciri objektif tersabut, golongan sosial ini digambarkan oleh umum sebgai suatu golongan manusia yang penuh idealisme, yang belum terikat oleh kewajiban hidup yang membebankan, dan karena itu masih sangup mengabdi dan berkorban terhadap masyarakat, yang masih penuh semangat dan vitalitas, yang mempunyai daya mempebarui secaara kreativitas yang besar dan sebagainya. Miasalnya dalam kongres pemuda pada th 1928, yang menyerukan kesatuan bangsa Indonesia, dan revolusi fisik pemerintahan jajahan Belanda pada tahun 1945 hingga 1949, dimana orang-orang muda mempunyai perenan sangat penting. “golongan pemuda “ yang merupakan golongan sosial yang sangat terpandang dalam masyarakat Indonesia blum tentu terpandang diluar Indonesia. Sebagai cotoh “golongan petani” yang merupakan suatu golongan yang terpandang dalam negara yang berdasarkan usaha agraria seperti Indonesia, sebaliknya dinegara lain itu malah menjadi terbelakang, malah golongan usahawan yang menjadi golongan terdepan.
Suatu golongan sosial dapat juga timbul karena pandangan negatif dari orang-orang luar golongan itu. Misalnya golongan negro atau blacks dalam masyarakat negara Amerika terjadi karena ciri –ciri ras yang tampak lahir secara mencolok dengan membedakan mereka dengan waraga Amerika lainya yang mempunyai ras kaokasoid. Dalam masyarakat masih ada suatu kesatuan manusia yang dapat disebut golongan sosial, yaitu lapisan, atau kelas sosial. Dalam masyarakat kuno misalnya ada lapisan seperti bangsawan, orang biasa, budak, dll. Namun pada masyarakat kini adalah golongan petani, pegawai, usahawan, dll. Lapisan semacam itu terjadi karena manusia yang dikelaskan dalam mempunyai gaya hidup yang khas, dan karena adanya hal itu dapat dipandang suatu lapisan masyarakat tertantu. Lapisan itu dipandang tinggi atau rendah tergantung sudut orang yang memandang.
Walaupun konsep golongan sosial dapat dibedakan oleh konsep golongan sosial karena ada syarat pengikat lagi, yaitu sistem norma, rasa identitas sosial, dan kointunitas, namun norma golongan sosial itu sama dengan konsep katagori sosial, dan tidak memenuahi syarat untuk disebut masyarakat. Hal ini disebabkan karena ada suatu syarat pengikat masyarakat yang tidak ada pada kedua-duanya, yaitu prasarana khusus untuk melakukan interaksi sosial.
Kelompok dan perkumpulan, suatu kelompok atau group juga merupakan suatu masyarakat karena memenuhi sarat-saratnya, dengan adanya sistem interaksi antara para anggota, dengan adanya sistem interaksi antara para anggota, dengan adanya adat istiadat serta sistem norma yang mengatur interaksi itu, dengan adanya kointunitas, serta adanya identitas yang mempersatukan smua anggota. Manusia juga mempunyai ciri tambahan yaitu organisasi dan sistem pemimpin.
Kelompok yang berdasarkan orgnisasi yang disebut terdahulu yaitu misalnya marga tarigan, dalam kitab pelajaran antropologi dan sosisologi dalam bahasa inggris sering disebut group atau primary group. Apabila dalam bahasa inggris istilah tersebut berarti tidak jelas, seperti asoaiasi, organisasi resmi, kelompok, dan organisasi tak resmi. Karena itu untuk menghindari salah paham saya untuk menggunakan istilah dalam bahasa indonesia. Association yang berarti perkumpulan, dasar organisasinya adalah organisasi buatan, group yang berati kelompok, dan cooley yang dasar organisasinya adalah adat.
Sebenarnya pembedaan antara kedua macam kelompok ini saya bedakan menjadi dua istilah yaitu “ kelompok” dan “perkumpulan” dalam ilmu antropologi dan sosiologi sudah dibedakan sejak lama. F.Tonnies, seorang ahli sosiologi dari abad yang lalu telah membedakan menjadi dua macam yaitu “gamminschaft” dan “gasellschaft”. Kecuali P.Sorokin sosiologi dari Amerika yang selalu membedakan menjadi hubungan familistic (kekeluargaan) dan contrctual (berdasarkan kontrak) yang mendasari pergaulan manusia dalam perkumpulanya.
Aneka warna dan kelompok pekumpulan, jumlah kelompok dan perkumpulan suatu masyarakat sudah tentu sangat banyak. Makin besar kopleks sifat masyarakat itu, maka makin banyak jugga timbul kelompok dan perkumpulan didalamnya. Ada kelompok yang terikat oleh hubungan keturunan atau kekerabatan.
Perkumpulan dapat dikelaskan berdasarkan prinsip guna serta keperluannya atau fungsinya.
1. Perkumpulan untuk keperluan mencari nafkah,
2. Perkumpulan manusia untuk mengajukan pendidikan,
3. Perkumulan untuk memajukan kesenian,
4. Perkumpulan untuk mengajukan ilmu pengetahuan,

Dalam menganalisa proses interaksi antara individu dalam masyarakat kita harus membedakan dua hal yaitu:
• Kontak
• komunikasi
Antara individu juga tidak mungkin hanya pada jarak yang dekat dengan misalnya “berhadapan muka” juga tidak hanya ada jarak yang jauh sperti pancaindera manusia, tetapi alat kebudayaan masa kini seperti tulisan, buku, surat kabar, telepon, radio, tv, memungkinkan individu berkontak pada jarak yang sangat jauh.

Perbedaan antara kelompok dan perkumpulan.

kelompok perkumpulan
Primary group
Gemeinschaft
Solidarite mechanique
Hubungan familistic
Dasar organisasi adat
Pemimpin berdasarkan kewibawaan dan karisma
Hubungan berazazkan perorangan Associations
Gasellschaft
Solidarite organique
Hubungan contractual
Dasar organisasi buatan
Pimpinan berdasarkan wewenag dan hukum

Hubungan antonim dan berazazguna.

masyarakat dan kebudayaan

Pengertian Masyarakat
R. Linton
Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.

M.J. Herskovits
Masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasikan dan mengikuti satu cara hidup tertentu.

J.L. Gillin dan J.P. Gillin
Masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama.
Syarat-syarat suatu Masyarakat
Harus ada sekumpulan manusia dan banyak jumlahnya
Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama di suatu daerah tertentu
Adanya aturan-aturan atau undang-undang yang mengatur mereka menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama

Faktor-Faktor Yang Mendorong Manusia Untuk Hidup Bermasyarakat
Hal ini disebabkan karena adanya dorongan-dorongan/hasrat-hasrat yang merupakan unsur-unsur kerohanian, kejiwaan atau faktor psikis yang mempengaruhi hidup manusia dalam pergaulan dengan manusia lainnya di dalam hidup bermasyarakat.

PENGERTIAN KEBUDAYAAN

UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Macam Kebudayaan
Kebudayaan material
Adalah hasil cipta, karsa yang berwujud benda-benda atau barang-barang atau alat-alat pengolahan alam.

Kebudayaan non material
Adalah hasil cipta, karsa yang berwujud kebiasaan-kebiasaan atau adat istiadat, kesusilaan, ilmu pengetahuan, keyakinan, keagamaan, dan sebagainya.

KERANGKA KEBUDAYAAN
Hubungan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan
Bahwa manusialah yang dapat menghasilkan kebudayaan, dan sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa adanya manusia. Dalam masyarakat manusia selalu memperoleh kecakapan, pengetahuan-pengetahuan. Hubungan masyarakat dengan kebudayaan sangatlah erat. Kebudayaan tak mungkin timbul tanpa adanya masyarakat dan eksistensi masyarakat itu hanya dapat dimungkinkan oleh adanya kebudayaan. Manusia, masyarakat, dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
STRUKTUR & TINGKATAN KEBUDAYAAN
KEBUDAYAAN SEBAGAI SISTEM NORMA

kepribadian

KEPRIBADIAN
defenisi
Kepribadian atau personality adalah susunan unsur – unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tngkah laku atau tindakan dari tiap – tiap individu manusia
Dalam bahasa umum, istilah kepribadian berarti ciri – ciri watak seorang individu yang konsisten.

Unsur – unsur kepribadian
Pengetahuan
Merupakan kumpulan dari seluruh penggambaran, apersepsi, pengamatan, konsep dan fantasi seorang individu yang sadar
Perasaan
adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuannya dinilai sebagai keadaan positif atau negatif
Dorongan naluri
ada 7 macam dorongan naluri: dorongan untuk mempertahankan hidup, dorongan seks, dorongan untuk upaya mencari makan, dorongan untuk bergaul dan berinteraksi, dorongan meniru tingkah laku sesama, dorongan untuk berbakti dan dorongan untuk keindahan

Materi dari unsur – unsur kepribadian
A.F.C. Wallace membuat suatu kerangka tentang seluruh materi yang menjadi objek dan sasaran unsur – unsur kepribadian manusia:
Beragam kebutuhan biologis diri sendiri, beragam dorongan psikologis diri sendiri dan beragam kebutuhan dan dorongan baik biologis maupun psikologis sesama manusia selain diri sendiri
Beragam hal yang bersangkutan dengan kesadaran individu akan identitas diri sendiri baik aspek fisik maupun psikologis dan segala hal yang bersangkutan dengan kesadaran individu mengenai berbagai macam manusia dan lingkungan sekelilingnya.
Berbagai macam cara untuk memenuhi, memperkuat, berhubungan, mendapatkan, atau memepergunakan beragam kebutuhan dari hal tersebut tadi, sehingga tercapai keadaan memuaskan dalam kesadaran individu yang bersangkutan.
Macam – macam kepribadian
Kepribadian individu
materi yang menyebabkan tingkah laku berpola adalah suatu kebiasaan atau habit. Bahasan mengenai kepribadian individu ini lebih banyak dan lebih dalam di bahas dalam ilmu psikologi
2. Kepribadian umum
menurut Linton dan Kardiner, yang mempertajam konsep kepribadian umum menjadi kepribadian dasar atau basic personality structure, adalah semua unsur kepribadian yang dimiliki bersama oleh suatu bagian besar dari warga masyarakat itu.

kebudayaan

kebudayaan
defenisi
Secara Antropologis Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan , tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
(C. Wissler, C. Cluckhohn, A. Davis, A. Hoebel)

Kata “kebudayaan” berasal dari bahasa sanskerta buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari budhi yang berarti akal atau budi. Ada juga para ilmuwan yang mengupas kata budaya sebagai perkembangan dari kata majemuk budi – daya. Dengan demikian budaya adalah daya dan budi yang berupa cipta, rasa dan karsa. Sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa dan karsa itu.

Sementara dalam bahasa Inggris kebudayaan di sebut dengan culture yang berasal dari bahasa latin, colere yang berarti mengolah, mengerjakan, terutama tanah atau bertani. Dari sini kemudian berkembang menjadi culture yang yang didefenisikan sebagai segala daya upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan mengubah alam.
Wujud kebudayaan
J.J. Honnigmann dalam The world of Man menyebutkan, ada 3 wujud kebudayaan:
Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan lainya.

Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.
Wujud kebudayaan sebagai benda – benda hasil karya manusia.
Sistem nilai budaya
Sistem nilai budaya merupakan tingkat yang paling tinggi dan abstrak dari adat istiadat. Hal ini disebabkan karena nilai budaya merupakan konsep – konsep mengenai sesuatu yang ada dalam alam pikiran sebagian besar masyarakat yang mereka anggap bernilai, berharga dan penting dalam hidup sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi pada kehidupan para warga masyarakat


Menurut C. Cluckhohn, ada lima masalah dasar dalam kehidupan manusia yang menjadi landasan bagi kerangka variasi sistem nilai budaya:
Masalah hakikat hidup manusia
Masalah hakikat dari karya manusia
Masalah hakikat dari kehidupan dalam ruang waktu
Masalah hakikat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya
Masalah hakikat dari hubungan manusia dengan sesama.
Unsur – unsur kebudayaan
Bahasa
Sistem pengetahuan
Organisasi sosial
Sistem peralatan hidup dan teknologi
Sistem mata pencaharian hidup
Sistem religi
kesenian

dinamika masyarakat dan kebudayaan

Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan

Konsep – konsep dalam dinamika sosial (social dinamics)
Proses belajar kebudayaan oleh warga masyarakat yang bersangkutan
Internalisasi (internalization)
Sosialisasi (socialization)
Enkulturasi (enculturation)
Proses perkembangan kebudayaan umat manusia pada umumnya dan bentuk – bentuk kebudayaan yang sederhana hingga bentuk – bentuk yang paling kompleks.
Evolusi kebudayaan (cultural evolution)
Proses penyebaran kebudayaan secara geografis, terbawa oleh perpindahan bangsa – bangsa di atas permukaan bumi
Difusi (diffution)
Proses belajar unsur – unsur kebudayaan asing oleh warga masyarakat
Akulturasi (acculturation)
Asimilasi (assimilation)
Proses pembaharuan atau inovasi dan penemuan baru
Inovasi (innovation)
Penemua baru (discovery)
invention



internalisasi
Proses internalisasi merupakan proses yang berlangsung sejak individu dilahirkan hingga sesaat akan meninggal dunia.
Proses internalisasi adalah proses individu belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala perasaan, hasrat, nafsu dan emosi yang diperlukan sepanjang hayatnya.
Manusia memiliki bakat yang telah terkandung dalam gen untuk mengembangkan berbagai macam perasaan, hasrat , nafsu dan emosi dalam kepribadian individunya. Tetapi wujud dan pengaktifannya sangat dipengaruhi oleh berbagai macam stimulasi yang berada dalam alam sekitar, lingkungan sosial maupun budayanya.
sosialisasi
Proses sosialisasi berkaitan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial.
Dalam proses itu seorang individu dari masa kanak – kanak hingga masa tuanya belajar pola – pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu di sekelilingnya yang menduduki beraneka ragam peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari – hari.
Para individu dalam masyarakat yang berbeda – beda akan mengalami proses sosialisasi yang berbeda pula karena proses sosialisasi banyak di tentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan
enkulturasi
Istilah yang sesuai dengan kata enkulturasi adalah pembudayaan (dalam bahasa inggris institutionalization)
Proses enkulturasi adalah proses seseorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, sistem norma, dan peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.
proses enkulturasi sudah dimulai sejak kecil dalam alam pikiran warga suatu masyarakat, yang dimulai dengan pengenalan, peniruan hingga membentuk suatu pola yang mantap dan norma yang mengatur tindakannya dibudayakan.
Individu yang mengalami hambatan dalam proses internalisasi, sosialisasi dasn enkulturasi sehingga kepribadiannya tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan sosialnya, menjadi kaku dalam pergaulan, dan cenderung menghindari norma – norma dan aturan dalam masyarakatnya sehingga hidupnya penuh dengan konflik dengan orang lain disebut dengan deviants
Faktor deviant merupakan faktor penting karena merupakan sumber dari berbagai kejadian masyarakat dan kebudayaan positif maupun negatif.
Kejadian masyarakat yang positif adalah perubahan kebudayaan (culture change) yang menjelma kedalam perubahan dan pembaruan dalam adat istiadat yang kuno.
Kejadian masyarakat yang negatif, misalnya berbagai ketegangan masyarakat yang menjelma menjadi permusuhan antar golongan, adanya banyak penyakit jiwa, banyaknya peristiwa bunuh diri, kerusakan masyarakat yang menjelma menjadi kejahatan, demoralisasi dn sebagainya.

Evolusi sosial
Proses microscopic dan macroscopic dalam evolusi sosial
Perubahan dapat dilihat dari dekat dan detai (miskroskopik) dan dapat dilihat dari jauh dengan memperhatikan perubahan – perubahan yang tampak besar saja.
Proses berulang dalam evolusi sosial budaya
Perhatian terhadap proses berulang dalam evolusi sosial ini dilihat dari tindakan individu masyarakat yang menyimpang dari adat istiadat yang umum. Keadaan – keadaan yang menyimpang ini sangat penting artinya, karena penyimpangan demikian menjadi pangkal dari proses perubahan kebudayaan masyarakat pada umumnya. Jika penyimpangan – penyimpangan tadi sedemikian berulangnya (recurrent) sehingga masyarakat tidak dapat mempertahankan adatnya lagi, maka masyarakat terpaksa memberi konsekuensinya dan adat serta aturan kan diubah sesuai dengan desakan keperluan – keperluan baru dari individi – individu dalam masyarakat.
Proses mengarah dalam evolusi kebudayaan
Kalauu evolusi masyarakat dan kebudayaan kita pandang seolah – olah dari jarak yang jauh dengan interval waktu yang panjang, maka akan tampak perubahan – perubahan besar yang seolah – olah bersifat menentukan arah dari sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang bersangkutan.
difusi
Penyebaran manusia
Ilmu paleontropologi telah memperkirakan bahwa makhluk manusia pertama hidup di daerah Afrika Timur
Sekarang makhluk itu menduduki hampir seluruh muka bumi ini dengan segala macam lingkungan iklimnya. Hal ini dapat diterangkan dengan adanya suatu pembiakan dan gerak penyebaran atau migrasi – migrasi yang disertai proses – proses penyesuaian atau adaptasi fisik dan sosial budaya dari mkhluk manusia dalam jangka waktu beratus – ratus ribu tahun sejak zaman purba.

Penyebaran unsur – unsur kebudayaan
Bentuk – bentuk difusi:
Penyebaran unsur – unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain oleh kelompok manusia yang ber imigrasi
Penyebaran unsur – unsur kebudayaan oleh individu - individu yang berpindah ke tempat yang jauh.
Hubungan symbiotic, hubungan dimana bentuk dan kebudayaan masing – masing tidak berubah melainkan membentuk pola kerjasama
Penetration Pacifique, unsur – unsur kebudayaan asing di bawa oleh para pedagang masuk ke dalam kebudayaan penerima dengan tidak sengaja atau tanpa paksaan.
Stimulus Diffusion, suatu difusi yang meliputi jarak yang besar yang terjadi melalyui rangkaian pertemuan antara deret – deret suku bangsa.
Kultur – kompleks, gabungan dari unsur – unsur yang menyebar antar kebudayaan.

akulturasi
Acculturation atau culture contact dimaknai sebagai proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur – unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur – unsur kebudayaan asing lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri
asimilasi
Asimilasi adalah proses sosial yang timbul apabila;
Adanya golongan manusia yang berlatar belakang kebudayaan yang berbeda,
Saling bergaul secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga
Kebudayaan – kebudayaan golongan – golongan tadi masing – masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur – unsur masing berubah wujudnya menjadi unsur – unsur kebudayaan campuran.
Pembaruan atau inovasi
Inovasi adalah proses pembaruan dan penggunaan sumber – sumber alam, energi, modal, pengaturan baru tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan menyebabkan adanya sistem produksi menghasilkan produk – produk baru.
Faktor – faktor pendorong penemuan baru:
Kesadaran individu akan ada kekurangan dalam kebudayaannnya
Mutu dari keahlian suatu kebudayaan
Sistem peransang bagi aktivitas mencipta dalam masyarakat.